
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2025 mencapai USD 431,9 miliar, naik 2,0 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Namun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2025 sebesar 4,2 persen (yoy).
“Perkembangan ini terutama bersumber dari melambatnya pertumbuhan ULN sektor publik dan penurunan pertumbuhan ULN sektor swasta,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, melalui keterangan resmi, Selasa (14/10).
Ramdan Denny menjelaskan ULN pemerintah tumbuh melambat pada Agustus 2025, tercatat sebesar USD 213,9 miliar atau tumbuh sebesar 6,7 persen (yoy). Angka itu melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 9,0 persen (yoy) pada Juli 2025.
Perkembangan ini, kata dia, terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) seiring dengan meningkatnya pasar keuangan global yang tetap tinggi.
“Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ULN dikelola secara cermat, terukur, dan akuntabel, serta pemanfaatannya terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan program-program prioritas yang mendorong keinginan dan pemberdayaan perekonomian nasional,” jelas Ramdan Denny.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (23,4 persen dari total ULN Pemerintah), Jasa Pendidikan (17,2 persen), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (15,7 persen), Konstruksi (12,3 persen), Transportasi dan Pergudangan (9,0 persen), serta Jasa Keuangan dan Asuransi (8,0 persen).
“Posisi ULN pemerintah tersebut didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah,” tutur Ramdan Denny.
Sementara itu, ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta tercatat sebesar USD 194,2 miliar, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,1 persen (yoy) pada Agustus 2025, lebih besar dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 0,2 persen (yoy).
Perkembangan ULN swasta tersebut berasal dari ULN bukan lembaga keuangan (non financial corporations) yang terkontraksi sebesar 1,6 persen (yoy) dan ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang tumbuh melambat menjadi sebesar 0,8 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan & Penggalian, dengan pangsa mencapai 81,2 persen terhadap total ULN swasta.
Ramdan Denny menegaskan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini ditentukan dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 30,0 persen pada Agustus 2025, relatif stabil pada Juli 2025 yaitu 29,9 persen, serta dominasi ULN jangka panjang dengan penguasaan 85,9 persen dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN,” tutur Ramdan Denny.
Ramdan Denny menegaskan peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian.