
Dalam 20 poin proposal perdamaian Israel-Hamas yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Gaza nantinya akan dipimpin pemerintahan transisi dari komite Palestina yang teknokratis dan apolitis.
Komite itu akan diawasi oleh badan transisi internasional yang dinamakan ‘Dewan Perdamaian’, yang dipimpin Trump bersama mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Namun, Trump belakangan mengatakan keterlibatan Tony Blair dalam pemerintahan pascaperang di Gaza masih belum bisa dipastikan. Trump tampak ragu apakah keterlibatan Tony Blair dalam pemerintahan transisi di Gaza akan diterima dengan baik.
“Pertama-tama, saya ingin tahu apakah Tony akan populer di kalangan semua orang, karena saya tidak tahu,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One, dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/10).
“Saya suka Tony, saya selalu suka Tony, tapi saya ingin tahu apakah dia adalah pilihan yang dapat diterima semua orang,” lanjutnya.

Rencana keterlibatan Tony Blair dalam ‘Dewan Perdamaian’ yang akan mengawasi pemerintahan transisi Palestina menuai kritik. Sebab, Tony Blair punya peran dalam invasi AS di Irak pada 2003 lalu.
Lebih lanjut, Trump mengatakan ‘Dewan Perdamaian’ akan segera dibentuk. Namun, dia menolak mengungkap siapa saja yang akan masuk dalam dewan tersebut.
Trump juga kembali menyinggung soal rencananya dulu yang ingin mengubah Gaza menjadi ‘Riviera-nya Timur Tengah’.
“Saya belum tahu tentang Riviera untuk sementara waktu karena Anda harus melihat apa saja yang ada. Kita harus mengurus orang-orangnya terlebih dahulu,” ujarnya.
“Mereka harus mulai menyingkirkan bangunan yang Anda lihat yang rata dengan tanah itu. Itu sudah hancur lebur. Ini seperti lokasi pembongkaran,” pungkasnya.