
Baru-baru ini ada pengumuman perubahan jadwal puncak emisi yang awalnya tahun 2030 menjadi tahun 2035, keputusan ini dapat memunculkan pro dan kontra.
Dari satu sisi, langkah ini bisa dipahami karena negara berkembang seperti Indonesia masih berhadapan dengan keterbatasan fiskal, kebutuhan energi murah untuk rakyat dan industri, serta tanggung jawab sosial yang berat. Namun di sisi lain, penundaan semacam ini menyimpan risiko besar bila tidak disertai peta jalan yang jelas, transparansi, dan mekanisme pertanggungjawaban yang tegas.
Data menunjukkan bahwa sektor energi saja sudah menyumbang sekitar 600 juta ton CO₂ pada 2021, atau sekitar 50–70 persen dari total emisi nasional, sehingga sektor inilah yang harus paling cepat ditata. Jika target puncak digeser tanpa pengurangan nyata, maka komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris berisiko jauh dari jalur 1,5°C.
Pemerintah menyebut bahwa bauran energi terbarukan ditargetkan naik hingga 27–33 persen di tahun 2035, sebuah angka yang harus dibuktikan dengan langkah konkret. Beberapa upaya sudah mulai terlihat, seperti pembangunan pembangkit surya terapung 92 MW di Waduk Saguling dan uji coba biodiesel B50 yang menandai pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, jangan sampai sektor hutan dijadikan “penolong tunggal” dengan dalih serapan karbon, karena risiko deforestasi, kebakaran, dan ketidakpastian pengelolaan justru bisa membuat perhitungan emisi tidak realistis.

Karena itu, jika penundaan puncak emisi ini dianggap perlu, maka harus diikuti dengan aturan hukum yang lebih mengikat, laporan tahunan emisi yang transparan, serta pergeseran subsidi dari energi fosil menuju insentif energi bersih.
Transisi ini juga wajib dipastikan memberi manfaat sosial, pekerja tambang batu bara, komunitas di daerah terpencil, dan masyarakat luas harus mendapatkan peluang baru dari tumbuhnya sektor hijau. Dengan demikian, puncak emisi 2035 tidak sekadar kompromi politik, melainkan jalan transisi yang lebih adil, realistis, dan berpihak pada masa depan bumi serta generasi mendatang.