
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi santai rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang akan memberlakukan tarif impor hingga 100 persen terhadap produk asal China. Dia menilai ketegangan antara dua negara besar itu justru bisa membawa keuntungan bagi Indonesia.
“Biar aja mereka (AS dan China) berantem. Kalau kita nggak ada urusan,” kata Purbaya kepada wartawan di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (13/10).
Menurut Purbaya, dampak langsung ke pasar saham Indonesia seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Ia menyebut penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pagi ini lebih disebabkan sentimen sesaat dari pasar global, bukan faktor fundamental ekonomi dalam negeri.
“Ke IHSG harusnya positif. Mungkin ada sentimen negatif di pasar ya. Gara-gara pasar sana jatuh,” ujarnya.
Purbaya menambahkan, kebijakan AS memberlakukan tarif tinggi terhadap produk China bisa membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas ekspor ke Amerika Serikat. Dengan barang-barang China menjadi lebih mahal, produk asal Indonesia berpotensi lebih kompetitif di pasar AS.

“Kalau China dikenain tarif 100 persen, kan barang kita jadi lebih bersaing di Amerika. Untuk kita untung. Biar aja mereka berantem. Kita untung,” kata Purbaya.
Sementara itu, IHSG terpantau dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (13/10). Indeks turun 101,43 poin atau 1,23 persen ke level 8.156,42.
Sementara pada penutupan sesi I, indeks saham terpantau di zona hijau. IHSG sesi I ditutup naik tipis 1,538 poin atau 0,02 persen ke level 8.259,397.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan penurunan IHSG dipicu oleh meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan China.
“Karena tensi perang dagang antara Amerika dan Tiongkok kembali mengalami kenaikan ya. Sehingga membuat pelaku pasar dan investor jadi waspada. Apalagi tanggal 1 November sebentar lagi, sehingga tentu hal ini menjadi perhatian bersama,” ujar Nico kepada kumparan.