
Keputusan pemerintah menghapus proyek pengembangan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) menjadi berita populer di kumparanBISNIS, Senin (13/10). Kabar ini membuat saham-saham milik pengusaha Sugianto Kusuma alias Aguan anjlok.
Selain itu ada juga komentar Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal Amerika Serikat yang kenakan tarif impor 100 persen ke China. Berikut rangkumannya.
Emiten Milik Aguan Anjlok Imbas PIK 2 Tak Masuk PSN
Saham dua emiten milik konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan, yakni PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), tertekan tajam usai proyek PIK 2 resmi dicabut dari daftar PSN.
Dikutip dari RTI Business per Senin (13/10) pukul 14.10 WIB, saham PANI anjlok 7,97 persen atau turun Rp 117 per lembarnya. Dengan begitu, saat ini saham PANI berada di level Rp 13.575 per lembar.
Berdasarkan data di keterbukaan, PANI masih satu Group dengan emiten perusahaan tercatat lainnya yakni PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang juga terafiliasi dengan Sugianto Kusuma alias Aguan.

PT Pantai Indah Kapuk Tbk memegang saham mayoritas CBDK sebesar 45,9 persen. Sementara sisanya masing-masing PT Agung Sedayu 22 persen, PT Tunas Mekar Jaya 22,05 persen, dan masyarakat 10 persen.
Sama seperti PANI, saham CBDK juga anjlok pada sesi dua perdagangan hari ini. Per Senin (13/10) pukul 14.10 WIB, saham CBDK terpantau merosot hingga 8,83 persen atau turun Rp 625 per lembarnya. Dengan begitu, saat ini saham CBDK berada di level Rp 6.450 per lembar.
Penghapusan tersebut berarti proyek PIK 2 kehilangan berbagai insentif dan kemudahan perizinan yang biasa diberikan untuk proyek strategis. Sebelumnya, kawasan tersebut digadang menjadi proyek kota mandiri berskala besar di utara Jakarta dengan dukungan infrastruktur lengkap, namun kini statusnya berubah menjadi proyek biasa tanpa dukungan khusus dari pemerintah pusat.
Purbaya: Biar Saja Trump dan China Berantem, Indonesia Bisa Untung

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif impor 100 persen terhadap produk asal China justru dapat menjadi peluang bagi Indonesia.
Menurutnya, ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu akan mengubah pola rantai pasok global, dan membuka ruang bagi produk Indonesia untuk mengisi pasar yang ditinggalkan China.
“Biar aja mereka berantem. Kita bisa ambil untung,” kata Purbaya di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (13/10).
Ia menambahkan, pelemahan di pasar saham yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir bukan disebabkan oleh faktor fundamental domestik, melainkan dampak dari sentimen global. “Fundamental kita masih kuat. Justru, ini saatnya kita manfaatkan momentum,” ujarnya.