
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Senin (23/6). IHSG ditutup turun 117,34 poin (1,74 persen) ke 6.787,14 dan menjadikannya yang paling parah se-Asia. Kabar tersebut menjadi salah satu berita paling banyak dibaca sepanjang Senin (23/6).
Ada juga kabar PT Pertamina (Persero) mengantisipasi dampak penutupan Selat Hormuz oleh Iran dengan mengalihkan rute kapal pengangkut minyak mentah ke Oman dan India. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBISNIS:
IHSG Paling Anjlok di Asia
Awalnya IHSG terjun ke zona merah pada pembukaan perdagangan Senin (23/6). IHSG tercatat dibuka melemah 90,572 poin atau 1,31 persen ke level 6.816,566.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menyebut ketegangan di kawasan Timur Tengah khususnya Iran-Israel telah memicu kekhawatiran pasar terhadap kelangsungan suplai energi global.
“Masih terkait konflik Timur Tengah. Ada ancaman Iran untuk memblokade Selat Hormuz. Jika terjadi ada kemungkinan harga minyak bisa melonjak di atas USD 100 per barel,” ujar David kepada kumparan, Senin (23/6).

Dalam kondisi pasar yang tertekan akibat gejolak eksternal, David menyarankan investor untuk mengalihkan perhatian ke saham-saham dengan karakteristik defensif.
David menilai sektor-sektor seperti saham pertumbuhan (growth stock), emiten yang rutin membagikan dividen (dividen play), serta sektor konsumsi dan infrastruktur yang sudah memiliki valuasi menarik, dapat menjadi pilihan yang lebih stabil di tengah ketidakpastian pasar.
Senada, Ekonom dan Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai pelemahan IHSG tidak lepas dari efek domino ketegangan Israel-Iran yang memicu lonjakan harga minyak dunia.
Nafan memprediksi dinamika konflik antara Iran dan Israel, termasuk keterlibatan AS, bakal menjadi pemicu utama volatilitas di pasar saham Indonesia sepanjang perdagangan 23-26 Juni 2025.
Pada penutupan perdagangan Senin (23/6), Indeks LQ45 juga anjlok 11,10 poin (1,45 persen) ke 753,82. Sebanyak saham 128 naik, 533 saham turun, dan 140 saham stagnan.
Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 49,09 poin (0,13 persen) ke 38.354, Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 158,65 poin (0,67 persen) ke 23.689.
Indeks SSE Composite di China naik 21,68 poin (0,65 persen) ke 3.381, Indeks Straits Times di Singapura turun 1,61 poin (0,04 persen) ke 3.881.
Pertamina Alihkan Rute Jika Selat Hormuz Ditutup
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan Selat Hormuz merupakan rute bagi 20 persen pelayaran minyak mentah global.
Maka dari itu, lanjut Fadjar, jika Iran memutuskan menutup selat tersebut, maka otomatis akan berdampak pada distribusi minyak mentah dunia.
“Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok,” jelas Fadjar dalam keterangannya, Senin (23/6).
Sejauh ini Pertamina memastikan stok BBM aman. Selat Hormuz bukan sekadar jalur laut sempit. Ia merupakan urat nadi perdagangan energi global.

Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), lebih dari 20 persen konsumsi minyak harian dunia—sekitar 18 hingga 20 juta barel per hari—melewati Selat Hormuz.
Negara-negara anggota OPEC seperti Arab Saudi dan Iran mengekspor sebagian besar minyak mentah mereka melalui selat ini.
Qatar, pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar dunia, juga mengirim hampir seluruh volumenya melalui jalur yang sama. Artinya, jika Selat Hormuz ditutup atau terganggu, dampaknya akan langsung terasa pada pasokan energi global, menaikkan harga minyak dunia, dan menambah tekanan inflasi internasional.
Negara-negara Asia seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan sangat bergantung pada energi yang melewati jalur ini.