BerandaPolitik Bumi Hangus Nepal:...

Politik Bumi Hangus Nepal: Amarah Gen Z dan Refleksi untuk Indonesia

Seorang demonstran mengibarkan bendera sambil berdiri di atas kendaraan saat protes menentang korupsi dan keputusan pemerintah untuk memblokir beberapa platform media sosial di Kathmandu, Nepal, Senin (8/9/2025). Foto: Navesh Chitrakar/REUTERS
Seorang demonstran mengibarkan bendera sambil berdiri di atas kendaraan saat protes menentang korupsi dan keputusan pemerintah untuk memblokir beberapa platform media sosial di Kathmandu, Nepal, Senin (8/9/2025). Foto: Navesh Chitrakar/REUTERS

Nepal baru saja diguncang salah satu krisis politik paling parah dalam sejarahnya. Tragedi politik bumi hangus melanda negara yang mengandalkan sektor pariwisata itu. Pada awal September 2025, ribuan anak muda dari Generasi Z (Gen Z) memenuhi jalanan Kathmandu dengan tuntutan perubahan. Pada mulanya mereka memprotes kasus-kasus korupsi, nepotisme, dan kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang.

Akan tetapi, situasi negara segera memburuk setelah pemerintah memberlakukan blokir media sosial. Massa pendemo semakin beringas. Gedung parlemen dibakar, kantor-kantor pemerintahan diserbu, rumah para pejabat dijarah, mereka beserta keluarganya menjadi sasaran persekusi. Perdana Menteri K.P. Sharma Oli terpaksa mundur, parlemen dibubarkan, militer dikerahkan untuk pengamanan kota. Para pejabat kocar-kacir melarikan diri dari amukan dan kejaran massa.

Kebakaran gedung parlemen Nepal menunjukkan bahwa legitimasi rezim yang berkuasa telah menjadi arang. Di balik kobaran api itu tersimpan akumulasi kekecewaan yang lama terpendam. Gen Z Nepal hidup dalam situasi paradoksal. Di satu sisi, mereka tumbuh dengan sumber daya informasi global yang tak terbatas melalui teknologi informasi digital.

Di media sosial, mereka menyaksikan anak-anak muda bangkit menentang ketidakadilan di berbagai belahan dunia, dari Black Lives Matter di Amerika Serikat hingga protes mahasiswa di Thailand, Bangladesh, dan Indonesia. Sebaliknya, kehidupan sehari-hari mereka penuh dengan keterbatasan. Tingkat pengangguran pemuda hampir 20%, kenaikan harga kebutuhan, dan hanya segelintir orang yang memiliki akses ke pendidikan berkualitas.

Ironisnya, di tengah krisis itu, para politisi justru tampil di media sosial dengan gaya hidup mewah. Anak-anak pejabat pamer kemewahan seperti foto-foto mobil sport, aksesoris mewah, dan liburan eksotis di luar negeri dengan cepat menjadi viral.

Pamer kekayaan di tengah penderitaan rakyat ibarat percikan api di atas genangan bensin. Anak-anak muda yang tiap hari berkutat dengan keresahan ekonomi tidak bisa lagi menerima jurang yang kontras tersebut. Media sosial yang semula sebagai sarana hiburan berubah menjadi saluran kemarahan kolektif.

Amarah Gen Z dan Perubahan Politik

Apa yang terjadi di Nepal bukanlah sekadar protes biasa, melainkan letupan amarah generasi yang merasa masa depannya dicuri. Gen Z di sana tidak lagi percaya pada janji manis para politisi, melainkan menuntut perubahan nyata. Mereka menginginkan pemerintahan yang bersih dari korupsi, sistem pemerintahan tanpa nepotisme, serta kebebasan untuk bersuara tanpa takut direpresi. Ketika tuntutan itu diabaikan, mereka memilih jalan ekstrem, yakni dengan melakukan aksi demo anarkis yang bahkan aparat keamanan pun tidak mampu menahannya.

Saat ini Nepal berada di persimpangan politik yang menentukan. Setelah jatuhnya Perdana Menteri Oli dan pembubaran parlemen, muncul kekhawatiran bahwa gerakan pro-monarki bisa mengambil alih narasi politik, terutama tuntutan agar Nepal kembali menjadi kerajaan di bawah Raja Gyanendra Shah. Namun langkah-langkah transisi telah dilakukan untuk meredam ketegangan.

Presiden Nepal melantik Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung, sebagai Perdana Menteri ad interim, menggantikan kepemimpinan sebelumnya dan membuka jalan bagi pemilu yang dijadwalkan Maret 2026.

Jika monarki benar-benar kembali menjadi opsi serius, Nepal menghadapi kemungkinan pola serupa dengan Filipina, di mana nama Marcos yang pernah jatuh karena kediktatoran, mampu kembali berkuasa lewat pemilu. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kekuatan lama bisa bangkit kembali ketika rakyat kecewa terhadap sistem yang ada akan tetapi tidak memiliki cetak biru untuk masa depan yang lebih menjanjikan.

Refleksi untuk Indonesia

Bagi Indonesia, apa yang terjadi di Nepal harus dijadikan cermin yang jernih. Kita punya populasi Gen Z terbesar di Asia, sebuah generasi yang hidup di tengah media sosial, kritis terhadap ketidakadilan, dan semakin sulit dibungkam. Situasi sosial-ekonomi kita tidak jauh berbeda. Pengangguran di kalangan Gen Z masih tinggi, harga kebutuhan pokok terus meningkat, dan kesenjangan sosial makin terasa. Di saat yang sama, sebagian politisi yang memamerkan kemewahannya dan pernyataannya yang sarkas telah mengobok-obok emosi publik.

Kita tidak boleh mengabaikan ketidakpuasan yang muncul. Gen Z Indonesia tidak lagi pasif, seperti yang ditunjukkan oleh protes mereka terhadap UU Cipta Kerja, RUU Pilkada dan RUU TNI, serta kritik tajam terhadap tingkah laku anggota dewan. Mereka menjadi lebih sadar politik dan menggunakan media sosial sebagai alat untuk melihat, mengkritik, dan bahkan mengorganisasi diri mereka sendiri. Beberapa video viral yang menunjukkan komentar dan perilaku ngeyel anggota dewan dapat memicu gerakan besar, seperti yang terjadi pada 25–28 Agustus lalu.

Pengalaman Reformasi 1998 menjadi pengingat bahwa mahasiswa pernah menjadi kekuatan utama dalam menggulingkan rezim. Namun Gen Z hari ini tampil dengan wajah yang berbeda. Mereka lebih berani menyuarakan aspirasi melalui ruang digital, lebih cepat merespons isu, dan lebih terhubung dengan gerakan global. Politik gimmick yang hanya menampilkan citra tanpa manfaat semakin tidak mempan. Generasi ini akan segera membongkar kepalsuan, dan politisi yang sibuk memoles diri di Instagram atau TikTok berisiko menjadi bahan cemoohan.

Penutup

Para elite politik Indonesia perlu belajar dari Nepal. Mempersempit ruang berekspresi dan mengantisipasi protes dengan menutup kanal digital hanya akan mempercepat ledakan protes. Dengan kata lain, mengabaikan tuntutan Gen Z dapat memperbesar jurang ketidakpercayaan rakyat terhadap elite.

Yang diperlukan saat ini adalah berpolitik secara rendah hati dan mau mendengar. Tidak hanya pemerintah, partai-partai politik pun harus mendorong reformasi antikorupsi yang nyata, kebijakan ekonomi yang membuka lapangan kerja bagi Gen Z, serta mewujudkan ruang partisipasi politik yang substantif.

Politik bumi hangus di Nepal adalah peringatan keras. Amarah Gen Z yang tidak tersalurkan dengan baik bisa meluluhlantakkan stabilitas negara. Indonesia masih punya waktu untuk menghindari skenario serupa.

Jika elite politik terus asyik dengan kepentingannya sendiri dan menutup mata terhadap tuntutan rakyat atas perbaikan kondisi politik dan ekonomi, sejarah bisa saja berulang dengan cara yang sama kerasnya. Nepal mengingatkan kita bahwa demokrasi hanya bertahan jika ia dirawat dengan kejujuran dan integritas. Jika tidak, Gen Z akan mencari jalannya sendiri, dan jalan itu bisa berakhir dengan api yang membakar habis simbol-simbol kekuasaan.

- A word from our sponsors -

spot_img

Most Popular

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

More from Author

Masjid Istiqlal Bangun Dana Abadi Lewat Wakaf Produktif

MASJID Istiqlal berupaya memperkuat kemandirian ekonomi umat melalui wakaf produktif. Istiqlal...

Siluet Boxy dan Pola Kotak Besar Jadi Tren Flannel 2025

Tren fashion 2025 didominasi oleh flannel bergaya siluet boxy dan pola...

Fenomena Tabrakan Lubang Hitam Buktikan Teori Enstein dan Hawking Benar

Penemuan ini datang dari Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di Amerika...

DKI Sebut Sentra Fauna dan Kuliner LA Beri Pedagang Kesempatan Berkembang

Pemprov DKI menyebut fasilitas Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung...

- A word from our sponsors -

spot_img

Read Now

Masjid Istiqlal Bangun Dana Abadi Lewat Wakaf Produktif

MASJID Istiqlal berupaya memperkuat kemandirian ekonomi umat melalui wakaf produktif. Istiqlal Global Fund (IGF)

Siluet Boxy dan Pola Kotak Besar Jadi Tren Flannel 2025

Tren fashion 2025 didominasi oleh flannel bergaya siluet boxy dan pola kotak besar, menghadirkan gaya modern yang fleksibel dan inklusif.

Fenomena Tabrakan Lubang Hitam Buktikan Teori Enstein dan Hawking Benar

Penemuan ini datang dari Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di Amerika Serikat, bekerja sama dengan tim Virgo di Italia dan KAGRA di Jepang.

DKI Sebut Sentra Fauna dan Kuliner LA Beri Pedagang Kesempatan Berkembang

Pemprov DKI menyebut fasilitas Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung dibuat agar para pelaku UMKM lebih tertata dan berdaya saing tinggi.

QS Maryam 4: Jangan Merasa Tertinggal, Hikmah dan Motivasi Hidup

Pelajari makna QS Maryam 4: Jangan merasa tertinggal. Temukan hikmah dan motivasi untuk terus maju dalam hidup dengan penuh semangat.

40+ Ucapan Selamat Malam Bahasa Inggris Gaul, Keren & Unik!

Temukan 40+ ucapan selamat malam bahasa Inggris gaul, keren, romantis, hingga lucu untuk teman, pacar, atau status medsos. Buat malam lebih seru!

Wapres Resmikan Bendungan Waeapo di Maluku

Bendungan Waeapo sempat jebol pada Juli lalu dan menenggelamkan rumah-rumah di Pulau Buru.

KPK Usut Temuan Fraud Dalam Kerja Sama Antam-PT LCM soal Pengolahan Anoda Logam

KPK mengaku tengah mengusut temuan fraud dalam proses kerja sama pengolahan anoda logam antara PT Antam dengan PT Loco Montrado (LCM). Pendalaman itu dilakukan dengan memeriksa eks Dirut Antam, Arie Prabowo Ariotedjo, pada Selasa (7/10) lalu. "Terkait temuan awal adanya fraud dalam kerjasama Antam dengan PT Loco, termasuk audit...

4 Cara Aktifkan Fitur Circle to Search di Samsung Galaxy A56 5G, Tinggal Lingkar dan Cari

Tak hanya mengandalkan desain sleek dan performa yang lebih bertenaga, Samsung Galaxy A56 dibekali fitur baru berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Circle to Search.

Pemeriksaan Joko Asmoro Berkaitan dengan Penyelenggaraan Haji Khusus

Budi mengatakan, keterangan dari Joko dipakai penyidik untuk mendalami kasus dugaan rasuah dalam penyelenggaraan dan pembagian kuota haji di Kementerian Agama (Kemenag).

Denmark Open: Unggul Telak di Gim Pertama, Ana/Meilysa Singkirkan Ganda Polandia

Febriana Kusuma/Meilysa Trias melaju ke babak 16 besar Denmark Open 2025. Melawan wakil Polandia Paulina Cybulska/Kornelia Marczak, Selasa (14/10) malam WIB, Ana/Meilysa menang dua gim 21-4 dan 21-16. Gim pertama pasangan Indonesia sangat mendominasi pertandingan. Tak heran, Ana/Meilysa bisa unggul 11-0 di interval gim. Pasangan Polandia baru mendapatkan poin...

Sita Duit Terkait Korupsi Chromebook, Kejagung: Keuntungan Tidak Sah

Anang mengatakan, uang yang dikembalikan dalam bentuk rupiah dan dolar. Totalnya masih belum selesai dihitung oleh penyidik.