
Dalam rute perdagangan sumber daya energi dunia, dikenal chokepoints atau jalur sempit yang merupakan titik kritis dalam mengamankan ketersediaan kebutuhan energi global. Sebab, pengiriman minyak dan gas dengan jumlah besar melewati selat-selat sempit ini.
Keberadaan chokepoints sangat penting. Gangguan yang terjadi di chokepoints dapat berpengaruh signifikan terhadap harga komoditas energi global. Tak terkecuali Selat Hormuz yang terancam ditutup oleh Iran imbas perang dengan Israel.
Chokepoints bisa saja dihindari dengan rute lain, namun chokepoints menjadi titik yang tidak terelakkan untuk jalur-jalur pengiriman tertentu.
Melihat Sebaran Chokepoints
Menurut laporan berjudul ‘Country Analysis Brief: World Oil Transit Chokepoints’ yang dirilis U.S Energy Information Administration (EIA) pada Juni 2024, terdapat tujuh chokepoints yang menjadi fokus perhatian dunia.
Gangguan pada rute-rute ini dapat berimbas pada harga minyak sekaligus biaya distribusi yang membengkak karena rute alternatif yang jaraknya ratusan mil lebih jauh.

Berdasarkan volume pengiriman minyak, Selat Malaka yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik serta Selat Hormuz yang menghubungkan Teluk Persia dengan laut lepas merupakan chokepoints paling strategis di dunia.
Selat Malaka merupakan rute laut terpendek yang menghubungkan Timur Tengah dengan pasar negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara, menampung minyak mentah sebesar 23,7 juta barel per hari.
Selain itu, pengiriman minyak milik Amerika serikat (AS), Iran, dan Rusia melalui Selat Malaka juga naik dalam rentang waktu 2021 sampai 2023.
Yang tidak kalah penting, Selat Malaka merupakan salah satu titik transit krusial dalam perdagangan gas alam dari Teluk Persia dan Afrika, salah satunya dari Qatar, yang menyasar pasar di negara-negara Asia Timur. Tercatat volume gas alam sebanyak 9 miliar kaki kubik telah berlalu-lalang dalam setahun.

Di samping itu, juga terdapat Kanal Suez, Selat Bad el-Mandeb, Selat Denmark, Selat Turki, Kanal Panama, dan Tanjung Harapan.
Terancam Ditutup, Seberapa Penting Selat Hormuz?
Sejak perang antara Iran dan Israel berkecamuk, harga minyak dunia turut berada dalam ketidakpastian. Hal ini tak lepas dari peran Selat Hormuz, yang terletak di Iran.
Selat ini merupakan satu-satunya jalur laut penghubung antara Teluk Persia dengan laut lepas, menuju Asia, Eropa, dan seluruh dunia. Tidak mengherankan jika Selat Hormuz menempati posisi kedua sebagai chokepoint tersibuk di dunia.
Selat Hormuz berlokasi di antara Oman dan Iran ini memiliki panjang 167 kilometer. Adapun lebar tersempitnya hanya 33 kilometer.
Walaupun sempit, selat ini tercatat memiliki volume pengiriman minyak mentah sebesar 20,9 juta barel per hari atau setara dengan 20 persen konsumsi minyak dunia.
Bukan hanya minyak mentah, seperlima kebutuhan LNG atau gas alam cair dunia juga melalui selat ini. Jumlahnya mencapai 10,4 miliar kaki kubik per hari.

Arab Saudi merupakan negara yang paling banyak memanfaatkan Selat Hormuz untuk ekspor minyak mentah. Sekitar 0,3 juta barel minyak mentah per hari diangkut pada tahun 2023 dari pelabuhan-pelabuhan Saudi di Teluk Persia, seperti Ras Tanura, menuju pelabuhan-pelabuhan Saudi di Laut Merah, termasuk Jizan.
Minyak mentah itu kemudian dapat diekspor, sebagian besar ke Eropa, seringkali melalui pipa East-West Saudi Arabia ke Laut Merah dan selanjutnya melalui Terusan Suez.
Sementara untuk pasar Asia, Selat Hormuz berkontribusi sekitar 83 persen pengiriman minyak mentah ke China, India, Jepang, dan Korea selatan. Negara-negara tersebut merupakan destinasi unggulan produk-produk minyak Timur Tengah.

Pada 2023, Amerika Serikat (AS) mengimpor minyak bumi sekitar setengah juta barel per hari dari Teluk Persia melalui Selat Hormuz. Angka ini setara dengan 8 persen dari keseluruhan impor minyak mentah negara tersebut.
Alternatif Jalur Pipa Minyak dan Gas
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) selama ini mengoperasikan pipa minyak mentah melewati Selat Hormuz.
Saudi Aramco, perusahaan minyak dan gas milik Pemerintah Arab Saudi, tercatat mengoperasikan pipa minyak mentah dengan kapasitas 5 juta barel per hari.
Sementara itu, UEA menghubungkan ladang minyak darat miliknya ke Fujairah di Teluk Oman menggunakan pipa berkapasitas 1,5 juta barel per hari.

U.S EIA memprediksi, terdapat pasokan minyak mentah dari pipa-pipa yang belum terpakai sekitar 2,6 juta barel per hari dan dapat digunakan sebagai alternatif saat terdapat gangguan pasokan yang melalui Selat Hormuz.
Iran juga pernah meresmikan pipa minyak mentah Goreh-Jask dan terminal ekspor Jask di Teluk Oman dengan kargo ekspor tunggal pada Juli 2021. Pipa ini memiliki kapasitas 0,3 juta barel per hari. Sayangnya, Iran sudah tidak menggunakan pipa ini.