
Patrick Kluivert menganggap ada perkembangan dari Timnas Indonesia. Pelatih asal Belanda itu melihat perbandingan di laga melawan Arab Saudi dan Irak.
Melawan Arab Saudi Kamis (9/10) dini hari WIB, Indonesia kalah dengan skor 2-3. Tiga hari berselang, Indonesia kalah dari Irak dengan skor 0-1.
“Semua hasil yang kami raih, baik maupun buruk, saya pikir kami tumbuh sebagai tim, baik secara individu maupun kolektif,” ucap Kluivert usai laga melawan Irak.
Melihat dua pertandingan itu, apa benar Indonesia di bawah Kluivert ada perubahan?
Secara susunan pemain jelas ada perubahan. Seruan untuk memainkan Rizky Ridho dituruti oleh Kluivert. Eks pelatih Curacao itu juga mainkan Calvin Verdonk dari menit awal.
Timnas juga alami perubahan dalam sisi bertahan. Para pemain bermain rapat (paling tidak di babak pertama) sehingga Irak kesusahan.
Pressing yang dilakukan juga rapih. Hal ini yang membuat tak ada jarak yang menganga di depan lini pertahanan.
Akan tetapi, perubahan tak dilakukan saat menyerang. Serangan tetap diarahkan melalui sisi tepi.
Apesnya, tak banyak kombinasi dan variasi yang dilakukan saat menyerang. Kebanyakan serangan dilakukan secara individu. Ini yang membuat serangan Indonesia mudah dibaca lawan.

Hal yang sama juga sebenarnya sudah terjadi sejak lawan Arab Saudi. Itu artinya tak ada perubahan signifikan di sektor penyerangan.
Kluivert seperti tak punya plan lain saat strateginya sudah ketebak. Terlambat dalam bereaksi ini jadi hambatan Timnas dalam dua pertandingan.
Di laga pertama lawan Arab Saudi, Kluivert tidak cepat mereaksi dengan ganti pemain. Pergantian untuk lebih agresif dilakukan usai Arab Saudi cetak gol ketiga.
Melawan Irak, Kluivert tidak berubah ketika Zidane Iqbal masuk. Padahal, masuknya Iqbal mampu menghidupkan lini tengah Irak yang mati di babak pertama.
Well, Kluivert memang melakukan perubahan dari laga Arab Saudi ke laga lawan Irak. Namun, perubahan itu tak signifikan dan terkesan nanggung.