
KTT Perdamaian di Gaza telah selesai dilaksanakan, pada Senin (13/10) di Sharm El Sheikh, sebuah kota di tepian Laut Merah, Mesir. Pada KTT ini, sejumlah kepala negara duduk bersama dan menyaksikan momen bersejarah untuk mengakhiri perang di Gaza yang telah berkecamuk sejak 7 Oktober 2023.
Secara teknis, tidak banyak yang disampaikan usai KTT Perdamaian Gaza ini. Namun, para pihak yang bertikai yakni Hamas dan Israel telah memulangkan semua tahanan.
Israel memulangkan hampir 2.000-an tahanan Palestina, sementara Hamas melepaskan 20 sandera Israel yang masih hidup.
Sebagai catatan, konflik ini telah menelan 80 ribu jiwa warga Palestina, 170 ribu luka-luka, dan 12 ribu lainnya ditahan Israel. Sementara 1.000-an warga sipil Israel tewas, 1.000 tentara tewas, 13 ribuan rakyat sipil dan tentara terluka, 251 disandera dengan 85 diantaranya tewas.
Dengan demikian, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeklaim bahwa Perang di Gaza sudah berakhir.
Berikut rangkumannya:
KTT Perdamaian Gaza Dimulai: Dihadiri Trump, Erdogan hingga Prabowo
KTT ini dipimpin oleh Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi. Keduanya duduk di bagian depan meja, sementara di sisi kanan kiri mereka masing-masing duduk Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.
Terlihat juga Presiden Prabowo menghadiri KTT tersebut. Prabowo hadir mengenakan jas berwarna abu-abu dan memakai peci. Ia duduk di barisan kedua, bersebelahan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Trump menyampaikan pidato pembuka, lalu bersama el-Sisi dan Erdoğan menandatangani sebuah dokumen.
“Kita akan menandatangani dokumen yang akan menguraikan banyak aturan dan regulasi, serta banyak hal lainnya. Dokumen ini sangat komprehensif,” kata Trump.
Netanyahu Nyaris Datang, Tapi Batal di Menit Akhir
Sebetulnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan datang pada KTT ini. Hal tersebut sempat disampaikan oleh Juru Bicara Kepresidenan Mesir.
“Baik Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan ikut dalam KTT perdamaian untuk memperkuat kesepakatan guna mengakhiri perang di Gaza dan menegaskan kembali komitmen mereka,” kata juru bicara kepresidenan Mesir, dikutip dari Reuters, Senin (13/10).

Dia kemudian mengungkap bahwa Presiden AS Donald Trump dan Netanyahu telah menghubungi Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. Trump saat ini berada di Israel untuk menyampaikan pidato di hadapan parlemen, Knesset.
Namun, kantor Perdana Menteri Israel mengatakan Netanyahu batal berpartisipasi. Tawaran itu ditolak karena berdekatan dengan hari libur umat Yahudi, Simhat Torah.
“Perdana Menteri berterima kasih kepada Presiden Trump atas undangannya dan upayanya untuk memperluas lingkar perdamaian. Perdamaian melalui kekuatan,” kata kantor perdana menteri Israel dalam pernyataannya.
Tapi sejumlah laporan dari reuters dari sumber-sumber diplomat negara partisipan menyebut, ada penolakan dari Irak dan Turki yang membuat Netanyahu urung datang.
“Delegasi Irak sudah menginformasikan ke Mesir, bahwa kami tak akan ikut berpartisipasi jika Netanyahu hadir,” ucap Penasihat Perdana Menteri Irak, Ali al-Mousawi.
Sementara seorang diplomat Turki yang meminta anonimitas menyebut, Erdogan menolak kehadiran Netanyahu. Bahkan pesawatnya sempat berputar-putar di Laut Merah. Ia baru mendarat, setelah ada konfirmasi Netanyahu batal hadir.
Presiden El Sisi: Saatnya Mengakhiri Bagian Menyakitkan dalam Sejarah
Presiden Mesir, Abdel Fattah El Sisi memberikan keterangannya usai KTT Gaza, di Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10). Dilansir AFP, KTT ini memang bertujuan untuk mengakhiri konflik dan tragedi kemanusiaan yang ada di Gaza selama 2 tahun terakhir.

“Saatnya menutup bagian yang menyakitkan dalam sejarah manusia, dan membuka kembali era baru kedamaian dan stabilitas untuk Timur Tengah,” kata El Sisi.
Trump: Saatnya Membangun Kembali Gaza
Sementara Trump yakin, inilah saatnya membangun kembali Gaza demi mempertahankan perdamaian kawasan.

“Sekarang saatnya membangun kembali Gaza,” kata Trump pada pidatonya di KTT itu.
Ia juga menyebut, bahwa perundingan damai ini adalah yang terbaik dari perundingan-perundingan sebelumnya.
“Kita harus bekerja secara kolektif untuk mengimplementasikan dan mempertahankan warisan ini,” ucap Trump.