
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan utang yang membelit kereta cepat Whoosh tidak akan mempengaruhi penyaluran subsidi Public Service Obligation (PSO) untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Arif Anwar, menegaskan pendanaan operasional Whoosh menggunakan skema murni bisnis (Business to Business/B2B) melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
PSBI merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh konsorsium PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN). PSBI tercatat memiliki 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Whoosh.
“Saya kira kalau ditanya apakah berpengaruh terhadap PSO, saya rasa enggak. Karena kereta cepat ini B2B jadi enggak akan terkait dengan PSO karena kita juga enggak memberikan subsidi untuk kereta cepat,” ujar Arif kepada wartawan dalam acara Press Background di Kantor Pusat Kemenhub, Jakarta Pusat, Senin (15/9).
Danantara Cari Solusi Utang Whoosh
Sebelumnya, restrukturisasi utang proyek Whoosh juga sudah digaungkan CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani. Dia mengaku tengah mengevaluasi secara menyeluruh skema penyelesaian utang Whoosh.

Menurut dia, Danantara ingin memastikan setiap aksi korporasi yang dilakukan bersifat menyelesaikan masalah secara permanen, bukan sekadar menundanya.
“Ya sama juga kita sedang evaluasi ini, dan kita mau memastikan supaya ini bisa. Kalau kita melakukan suatu corporate action itu tuntas gitu ya. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah gitu,” kata Rosan di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/8).
Sementara itu, COO Danantara, Dony Oskaria, menyebut Danantara bakal memasukkan penyelesaian proyek Whoosh ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara tahun ini.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KJBC) yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) ini menjadi sorotan karena beban utang yang harus ditanggung oleh PT KAI. Perusahaan pelat merah itu mendapat beban utang Rp 6,9 triliun dari China Bank Development (CDB) untuk pembayaran pembengkakan biaya proyek Whoosh.
Total biaya proyek mencapai USD 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,9 triliun, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) senilai USD 1,2 miliar atau Rp 18,2 triliun.