
Iran tengah mempertimbangkan menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan udara AS ke fasilitas nuklirnya. Langkah ini berpotensi mengguncang pasar minyak global dan memperburuk ketidakpastian ekonomi dunia di tengah konflik dengan Israel dan AS.
Pada Minggu (22/6), Parlemen Iran telah menyetujui opsi penutupan, tetapi keputusan akhir masih menunggu restu Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), lebih dari 20 persen konsumsi minyak harian dunia, sekitar 18 hingga 20 juta barel per hari melewati Selat Hormuz.
Sebagian besar ekspor minyak dari negara-negara OPEC seperti Arab Saudi dan Iran melewati Selat Hormuz. Gangguan di selat ini bisa langsung menghambat pasokan energi global, mendorong kenaikan harga minyak, dan memperparah inflasi dunia. Negara-negara Asia seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan sangat bergantung pada jalur ini.
Sebelumnya, Iran beberapa kali mengancam langkah menutup Selat Hormuz sebagai respons terhadap tekanan dari Barat. Sejauh ini ancaman belum pernah benar-benar diwujudkan.
Sejumlah anggota parlemen Iran menyebut penutupan Selat Hormuz sebagai “hak sah” dalam menghadapi keterlibatan AS.
AS Desak China Cegah Iran Tutup Selat Hormuz
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, langsung bereaksi usai Parlemen Iran menyetujui rencana untuk menutup Selat Hormuz. Ia mendesak China untuk mencegah rencana Iran tersebut.
“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka tentang hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio.

Rubio juga mengatakan, jika Selat Hormuz ditutup, hal ini akan membuat ekonomi global runtuh. Bahkan, negara-negara lain akan mengalami kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan AS.
Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan respons terkait hal tersebut.
Pertamina Alihkan Rute Kapal ke Oman dan India
PT Pertamina (Persero) mengantisipasi dampak penutupan Selat Hormuz oleh Iran dengan mengalihkan rute kapal pengangkut minyak mentah ke Oman dan India.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan Selat Hormuz merupakan rute bagi 20 persen pelayaran minyak mentah global, sehingga jika Iran memutuskan menutup selat tersebut, maka otomatis akan berdampak pada distribusi minyak mentah dunia.

“Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok,” jelas Fadjar dalam keterangannya, dikutip Selasa (24/6).
Di sisi lain, sejauh ini pasokan minyak mentah di dalam negeri masih dalam kondisi aman. Sementara itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, memastikan bahwa stok BBM perusahaan tetap dalam kondisi aman, meskipun terdapat ancaman dari Iran untuk menutup Selat Hormuz di tengah memanasnya konflik Iran-Israel.