
Karobinkar SSDM Polri, Brigjen Pol Langgeng Purnomo, menyoroti soal menurunnya tingkat kepercayaan terhadap Polri padahal menurutnya banyak polisi baik di Indonesia.
Persoalannya adalah banyak permasalahan akibat perilaku polisi yang tidak baik. “Dampaknya, anggota-anggota Polri yang sudah menunjukkan karakter yang baik, menjadi korban,” kata Langgeng.
Maka itu, Langgeng mencoba untuk meningkatkan kompetensi etik khususnya terkait dengan karakter. SSDM Polri pun menggelar seminar “Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter” di Jakarta Selatan, Rabu (15/10).
“Seminar ini tindak lanjut hasil riset untuk saran masukan terkait dengan penguatan pendidikan karakter,” ujarnya.
Rekrutmen

“Mulai dari rekrutmen. Untuk mewujudkan SDM yang unggul, mulai dari awal, dari calon-calon anggota Polri,” kata Langgeng.
Ia mengharapkan para polisi nantinya memiliki karakter yang baik sesuai dengan karakter bangsa.
“Minimal itu, jangan sampai ditemukan benalu-benalu, sehingga rekrutmen melalui seleksi psikologi, penelusuran mental kepribadian melalui rekam jejak,” ujar Langgeng.
Langgeng melanjutkan, “Rekam jejak, baik itu rekam jejak, di mana tinggalnya, kemudian lingkungannya, sekolahnya, termasuk juga media sosial. Ini kita mulai disaring dari awal, yaitu dari rekrutmen,” ujar Langgeng.
Anhar Gonggong: Polisi Harus S1
Sejarawan Anhar Gonggong, yang menjadi panelis bersama Langgeng dalam seminar tersebut, menyoroti soal polisi yang pendidikannya SMA.
“Prof Harsja Bachtiar (ahli ilmu kepolisian) ngomong ke saya, ‘Kau tahu, Har? Polisi tidak akan pernah baik kalau pendidikannya cuma SMA. Paling tidak polisi itu sarjana muda. Karena dia berhadapan dengan masyarakat dan dia harus mengajar masyarakat’,” ujar Anhar.
Anhar tak habis pikir, harusnya korupsi hilang karena banyak lembaga yang bisa menanggulanginya semisal inspektorat jenderal, kepolisian, kejaksaan, bahkan KPK.
“Kok masih ada korupsi? Apa yang salah? Sederhana: Karena pendidikannya juga tidak berjalan dengan baik,” katanya.
Seminar tersebut diikuti oleh 250 anggota Polri dari Mabes Polri dan Polda jajaran se-Indonesia. Selain Anhar, peneliti Junus Simangunsong, akademisi Meutia Hatta, dan komisioner Kompolnas Supardi Hamid hadir menjadi panelis.