
BNPB melakukan operasi modifikasi cuaca di Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar). Tujuannya untuk mencegah cuaca ekstrem yang memicu banjir seperti di Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
BMKG menuturkan, cuaca ekstrem yang terjadi di Bali dan NTT akibat pengaruh dari adanya aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan Madden Julian Oscillation (MJO) yang melintas di barat wilayah Indonesia.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, operasi modifikasi cuaca menjadi langkah efektif dalam mencegah cuaca ekstrem.
“Kami sudah berkoordinasi dengan BMKG, curah hujan tinggi akibat gelombang Rossby dan Kevin sudah tidak di area Bali, namun bergeser ke arah barat yaitu sekitar wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Saat ini sedang berkoordinasi dengan para kepala daerah di wilayah tersebut untuk langkah kesiapsiagaan dan antisipasi dengan operasi modifikasi cuaca.” jelas Suharyanto kepada wartawan.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan dengan menebarkan bahan semai berupa Natrium Klorida (NaCl) maupun Kalsium Oksida (CaO). Hal ini bertujuan meredistribusi curah hujan agar hujan lebat tidak turun di wilayah padat penduduk, namun turun di wilayah perairan.
Harapannya, banjir besar seperti yang terjadi di wilayah Bali dan NTT akibat cuaca ekstrem pada dasarian pertama September, tidak terjadi di wilayah lainnya.

Sebagian Wilayah Indonesia Memasuki Masa Peralihan Musim
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, mayoritas wilayah Indonesia diprediksikan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya.
Sejak akhir Agustus hingga September, sebagian besar wilayah Indonesia telah merasakan adanya peralihan musim kemarau menuju penghujan yang ditandai dengan munculnya fenomena cuaca ekstrem dengan tanda-tanda seperti hujan lebat yang dapat disertai petir hingga angin kencang.
Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal, meskipun demikian terdapat beberapa wilayah yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua.
BMKG memprakirakan hujan lebat berpotensi terjadi di wilayah Banten, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, pada periode 12-14 September 2025. Sementara prediksi hujan lebat di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, terjadi pada 15-18 September 2025.

Modifikasi Cuaca di Jawa Timur dan Jawa Barat
Sebagai salah satu wilayah yang diprakirakan mengalami fenomena cuaca ekstrem, BNPB telah mengambil langkah untuk melaksanakan OMC di Jawa Timur dengan mengerahkan satu unit pesawat Cessna Caravan PK-DPI.
Operasi ini telah dilaksanakan sejak Sabtu (13/9) hingga Selasa (16/9). Namun tidak menutup kemungkinan akan dilanjutkan dengan melihat hasil evaluasi, analisa lanjutan dan monitoring kondisi di lapangan.
Selama pelaksanaan OMC yang dioperasikan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut Juanda, area penyemaian telah mencakup wilayah langit Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Tuban, serta wilayah perairan selatan dan timur Kabupaten Banyuwangi. Total bahan semai yang digunakan sebanyak 800 kilogram NaCl dan 1.600 kilogram CaO.

Sementara operasi modifikasi cuaca wilayah Jawa Barat, dipusatkan dari Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Dalam operasi kali ini, BNPB mengerahkan satu unit pesawat Cessna Caravan dengan kode registrasi PK-YNA.
Pelaksanaan OMC dimulai pada Minggu (14/9) dengan dua sorti penerbangan. Sebanyak 800kg NaCl dan 800kg CaO disemai di atas langit Kabupaten Pandeglang, Banten, dan Bogor.
Berdasarkan perbandingan data curah hujan spasial yang tercatat dalam Pantauan Radar BMKG hingga pukul 19.00 WIB terhadap model prediksi kejadian hujan, intervensi OMC Provinsi Jawa Barat yang dilakukan hari Minggu tersebut terindikasi mampu mengurangi curah hujan wilayah Jabodetabek sebesar 31 persen.