
Aset kripto memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Direktur Utama PT Central Finansial X (CFX), Subani, adopsi kripto bisa dioptimalkan dengan mengarahkannya pada pembangunan berkelanjutan, seperti pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi digital.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), transaksi aset kripto per Juli 2025 mencapai Rp 52,46 triliun, melonjak 62,36 persen dari Juni 2025 yang hanya mencatat Rp 32,31 triliun. Investor perdagangan kripto juga sudah menyentuh angka 16,5 juta per akhir Juli 2025.
Sementara itu, penerimaan pajak dari aset kripto mencapai Rp 1,55 triliun per Juli 2025. Penerimaan ini terdiri atas PPh 22 sebesar Rp 730,41 miliar dan PPN Dalam Negeri Rp 819,94 miliar.
Meskipun pasar kripto global seperti Bitcoin dan Ethereum sangat dipengaruhi kondisi internasional, Subani yakin Indonesia bisa memperkuat ketahanan pasarnya melalui inovasi produk dan peningkatan likuiditas. Populasi yang besar di Indonesia memberikan ruang yang luas untuk adopsi kripto lebih lanjut, yang dampaknya bisa meluas ke sektor ekonomi lain.
“Jika likuiditas meningkat, dampaknya bisa meluas ke sektor lain di perekonomian. Dengan populasi yang besar, Indonesia masih punya ruang luas untuk memperluas adopsi kripto dan memperkuat daya saing pasar domestik,” ujar Subani dalam keterangannya, Minggu (14/9).
Subani berharap adanya kolaborasi dan dorongan bagi seluruh ekosistem kripto agar terus berkembang secara sehat. Ia juga berharap CFX Crypto Conference 2025 (Triple C) menjadi forum strategis untuk merumuskan arah masa depan kripto di Indonesia.
CEO Indodax, William Sutanto, menekankan pentingnya sinergi antara pelaku industri, regulator, dan masyarakat. Menurutnya, pertumbuhan kripto yang berkelanjutan hanya bisa terwujud dengan ekosistem yang solid dan regulasi yang jelas.
“Kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan masyarakat adalah kunci,” kata William.
Sebelumnya, pasar global memproyeksi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan. Menurut data CME FedWatch Tool, probabilitas rate cut mencapai 99,7 persen, angka yang nyaris tak terbantahkan.
“Biasanya kabar seperti ini mendorong reli aset berisiko, termasuk Bitcoin (BTC). Namun, harga BTC justru masih tertahan di kisaran USD 110.000 hingga USD 113.000,” jelas dia.
Katalis utama muncul dari laporan ketenagakerjaan AS bulan Agustus 2025. Data non-farm payrolls (NFP) hanya mencatat tambahan 22.000 pekerjaan baru, jauh di bawah ekspektasi. Bahkan data Juni direvisi menjadi minus 13.000, terburuk sejak 2021.
Tingkat pengangguran juga naik tipis ke 4,3 persen, sinyal pelemahan ekonomi yang membuat pasar yakin The Fed harus memangkas bunga demi menopang likuiditas.
“Situasi ini menegaskan bahwa optimisme pasar terhadap The Fed saja tidak cukup untuk mendorong reli kripto jika tidak diiringi arus modal yang stabil. Data inflasi PPI (Producer Price Index) dan CPI (Consumer Price Index) akan menjadi ujian penting,” tambahnya.