
Sebanyak 630 siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, kembali masuk sekolah usai melakukan aksi mogok membela teman mereka yang diduga ditampar Kepala Sekolah Dini Fitria karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah.
Pantauan kumparan, Kamis (15/10), ratusan siswa kembali masuk sekolah seperti biasa. Mengenakan seragam batik hijau dengan celana panjang berwarna hitam, para siswa terlihat mengikuti kegiatan belajar secara normal.
“Sudah (masuk semua) alhamdulillah, seluruh siswa termasuk korban sudah menjalankan KBM seperti biasa,” kata Wakasek Humas SMAN 1 Cimarga, Dhea, saat ditemui di SMAN 1 Cimarga, Rabu (15/10).

Dhea menuturkan, meskipun para siswa selama dua hari tak masuk sekolah, pihaknya tetap memberikan pembelajaran kepada para siswa melalui daring.
“Perlu diklarifikasi bahwa ketika hari Senin terjadi aksi mogok sekolah, kami dari pihak sekolah merundingkan bagaimana caranya agar si anak mendapatkan haknya sebagai siswa, sehingga diputuskan belajarlah daring dari Senin sampai Selasa,” ungkapnya.

Kembalinya siswa ke sekolah, dikatakan Dhea, terjadi usai dialog dan diskusi antara siswa, perwakilan Dindikbud Banten, serta pihak sekolah untuk mencari solusi atas persoalan yang terjadi sehingga dapat memenuhi tuntutan para siswa.
Lanjut Dhea, para siswa SMAN 1 Cimarga akhirnya mau kembali bersekolah usai pihak sekolah dan Disdikbud Banten memastikan kepala sekolah untuk sementara dibebastugaskan, dan tidak akan ada kekerasan di lingkungan sekolah di kemudian hari.
“Kemarin proses negosiasi dengan 12 anak dari perwakilan kelas. Pak Kabid datang ke sekolah terkait apakah mereka dendam atau lain-lain, tapi mereka tidak dendam, dibuktikan dengan belajar meski daring,” ungkapnya.
“Kita sudah membuat pakta integritas, bahwa kita tidak akan mengedepankan kekerasan dan lebih memilih jalan diskusi dalam menyelesaikan masalah. Juga sudah ada kabar akan ada Plh (pelaksana harian) kepala sekolah baru,” ucapnya.
Duduk Perkara Kasus
Siswa kelas XII SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, bernama Indra Lutfiana Putra (17), diduga ditampar oleh kepala sekolahnya, Dini Fitria, karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah pada Jumat (10/10).
Akibat peristiwa ini seluruh siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, mogok sekolah pada Senin (13/10). Aksi mogok ini merupakan bentuk protes atas tindakan kepala sekolah.
Indra mengaku ditampar Dini karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah saat kegiatan Jumat Bersih pada hari Jumat (10/10) lalu.
Menurutnya, saat itu dirinya ditegur karena kepergok kepala sekolah tengah asyik nongkrong sambil merokok di sebuah warung yang ada di lingkungan SMAN 1 Cimarga.
“Saya kaget waktu ketemu Kepsek, rokok langsung saya buang, tapi disuruh nyari lagi sama Kepsek. Enggak ketemu (puntung rokoknya), lalu kepsek bilang saya bohong,” kata Indra, Senin (13/10).
Indra mengatakan, saat itu dia dituding berbohong sehingga membuat kepala sekolah naik pitam dan melakukan kekerasan serta melontarkan kata-kata kasar terhadap dirinya.
“Terus beliau marah, nendang saya di punggung, terus nampol saya di pipi kanan. Kepsek juga bilang goblok, anjing, terus nyuruh saya nyari lagi rokoknya, padahal udah enggak ada,” ujarnya.
Tak berhenti sampai di situ, menurut Indra, dia terus mendapatkan kata-kata kasar dari kepala sekolah setelah digiring ke ruang guru. Bahkan kata-kata kasar kepala sekolah dilontarkan terhadap dirinya, di hadapan guru-guru lainnya.
“Beliau masih marah-marah, bilang enggak menghargai dan katanya baru pertama kali marah sampai seperti itu,” kata Indra.
Penjelasan Kepsek
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga Dini Fitria tak menampik telah menampar Indra. Namun menurutnya, tamparan yang diberikan pun hanya pelan karena emosi siswanya telah berbohong.
“Saya kecewa bukan karena dia merokok, tapi karena tidak jujur. Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan tidak ada pemukulan keras,” kata Dini.
“Saya tidak menendang, hanya menepuk bagian punggung. Itu pun karena emosi spontan, tidak ada luka atau bekas apa pun,” sambungnya.
Dini beralasan, perbuatannya itu dilakukan karena siswa tersebut mencoba melarikan diri usai terpergok olehnya sedang merokok di sebuah warung di sekitar sekolah.
“Saya lihat dari jarak 20-30 meter ada asap rokok di tangan itu. Saya panggil dengan suara keras, karena jaraknya cukup jauh, anak itu langsung lari,” ujarnya.
Dini mengatakan akan lebih berhati-hati dalam menjaga komunikasi antar guru, siswa dan orang tua siswa agar bisa membentuk karakter siswa yang lebih baik di masa mendatang.
“Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi,” tutupnya.