
Beberapa hari terakhir warga di Yogyakarta mengeluhkan kondisi cuaca yang panas dan gerah. Mereka mengaku kegerahan.
“Sudah seminggu ini rasanya panas dan sumuk (gerah),” kata Suci, salah seorang warga yang kegerahan, Rabu (15/10).
Suci bilang meski hujan sempat beberapa kali turun. Tapi rasa gerah tak hilang.
“Habis hujan sumuk lagi,” katanya.
Demikian pula yang dirasakan Dhani. Panas menyengat amat terasa terutama saat dia mengendarai sepeda motor.
“Siang memilih di dalam ruangan kalau nggak benar-benar kepepet,” katanya.
Penjelasan BMKG
Kepala Stasiun Klimatologi D.I Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan selama 10 hari terakhir suhu terpanas terjadi pada tanggal 13 Oktober.
“Suhu terpanas 10 hari terakhir 13 Oktober 2025, (suhunya) 34,4 derajat celcius,” kata Reni dikonfirmasi.
Suhu panas lain terjadi pada 6 Oktober dengan suhu maksimum 33,6 derajat celcius. Lalu 12 Oktober denhan suhu maksimum 33,5 derajat celcius.
Penyebab suhu panas di Yogyakarta ini berdasarkan pantauan terhadap streamline angin udara atas yang bertiup di atas Pulau Jawa cenderung dari tenggara dengan sifat cenderung kering atau kelembapan udara rendah.
“Cuaca yang cenderung cerah pada siang hari menyebabkan penyinaran matahari tidak terhalang oleh awan,” katanya.
“Posisi matahari bulan September relatif dekat di atas Pulau Jawa sehingga intensitas matahari relatif tinggi atau titik kulminasi,” katanya.
Selain itu, kondisi cenderung berawan pada sore malam hari tetapi tidak hujan atau hanya hujan ringan menyebabkan panas yang dilepaskan bumi ke atmosfer tertahan oleh awan.
“Kondisi tersebut diprediksi hingga bulan Oktober 2025,” pungkasnya.