
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) baru saja menggelar seremoni ekspor ke-3 juta unit Toyota sekaligus menjadi momentum penting bagi industri otomotif nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut capaian ini sebagai bukti nyata bahwa Indonesia semakin diperhitungkan dalam rantai pasok otomotif global.
Menurut Airlangga, pencapaian ini tak hanya menunjukkan kemampuan produksi nasional, tetapi juga menandai langkah strategis Indonesia untuk memperluas jangkauan ekspor ke pasar baru.

“Ekspor 3 juta unit ini menjadi simbol kekuatan industri otomotif kita, sekaligus pijakan menuju pasar global yang lebih luas,” ujar Airlangga di Karawang, beberapa waktu lalu.
“Toyota sudah memproduksi sekitar 300.000 unit per tahun. Dan tentu kita melihat bahwa ke depan kapasitas terpasang otomotif itu 2 juta. Dan Indonesia sedang terus bernegosiasi dengan multi blok luar negeri,” tambahnya.
Pemerintah, lanjut Airlangga, tengah menyiapkan strategi agar Indonesia dapat bergabung dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Blok perdagangan besar ini mencakup 11 negara seperti Jepang, Kanada, Australia, hingga Meksiko dan dinilai akan membuka peluang besar bagi ekspor kendaraan buatan Indonesia.
“Termasuk yang terus didorong oleh Pak Menteri Luar Negeri untuk CPTPP, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), dan yang lain. Itu diharapkan marketnya semakin terbuka. Sekarang beberapa pasar menggunakan sistem kuota, jadi membatasi,” pungkasnya
“Tapi dengan nantinya Free Trade Agreement, CEPA, dan juga CPTPP bisa. Itu kuota bisa dibuka dan Indonesia sekarang juga terbuka untuk mengekspor otomotif ke Australia,” imbuhnya.

Ia juga menegaskan, sinergi antara pemerintah dan pelaku industri otomotif menjadi fondasi utama untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
Sejak ekspor perdana Toyota ke Brunei Darussalam pada 1987, kini kendaraan buatan Indonesia telah meluncur ke lebih dari 100 negara. Hal itu menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, melainkan juga pusat produksi kendaraan dunia.
“Toyota adalah contoh nyata keberhasilan industri manufaktur Indonesia. Mereka tidak sekadar menjual di dalam negeri, tapi turut membawa nama Indonesia ke panggung global,” tambahnya.

Selain membuka pasar ekspor, sektor otomotif juga berperan besar dalam menopang ekonomi nasional. Airlangga memaparkan, terdapat sekitar 540 pemasok tier 2 dan 240 pemasok tier 1 yang mendukung produksi Toyota di Indonesia, dengan total serapan tenaga kerja mencapai 360 ribu orang. Ekosistem industri ini pun berkontribusi hingga Rp23 triliun per tahun dalam bentuk pajak.
Airlangga menuturkan, kepercayaan investor terhadap Indonesia juga ditopang oleh stabilitas ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, inflasi terjaga di kisaran 2,5 persen, dan defisit anggaran di bawah 3 persen menjadi faktor penting dalam menciptakan iklim investasi yang positif.
“Situasi ekonomi yang stabil memberikan keyakinan bagi industri untuk berinvestasi jangka panjang. Toyota, misalnya, berkomitmen untuk memperkuat produksinya di Indonesia hingga 50 tahun ke depan,” jelasnya.

Ke depan, pemerintah akan terus mendorong pengembangan kendaraan ramah lingkungan dan teknologi cerdas sesuai arah industri otomotif dunia. Airlangga menegaskan, Indonesia tak hanya berambisi menjadi produsen kendaraan, tapi juga pemain penting dalam era otomotif berbasis teknologi dan elektrifikasi.
“Indonesia tidak hanya akan menjadi produsen otomotif, tapi juga pemain utama dalam ekosistem teknologi otomotif masa depan,” tuntasnya.