
PT Sepatu Bata Tbk (BATA) buka suara soal kabar penghapusan kegiatan produksinya dari Anggaran Dasar perusahaan. Produsen sepatu legendaris tersebut kini sepenuhnya beralih ke model bisnis berbasis ritel dan distribusi.
Dalam surat balasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 14 Oktober 2025, BATA menjelaskan keputusan ini merupakan tindak lanjut dari penghentian kegiatan produksi sepatu yang telah diumumkan sejak 4 Mei 2024.
Kini, seluruh proses produksi telah dialihkan ke para pemasok lokal di Indonesia. Bata memandang langkah ini telah meningkatkan fleksibilitas rantai pasok serta berkontribusi positif terhadap efisiensi biaya.
“Mengingat tidak adanya rencana untuk melanjutkan kembali kegiatan produksi di perseroan, direksi memandang perlu untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perseroan dengan model operasional yang berlaku saat ini,” tulis surat tersebut yang ditandatangani oleh Director and Corporate Secretary Hatta Tutuko, dikutip Rabu (15/10).
Setelah melakukan peralihan model bisnis, BATA juga menghapus Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 15201, yaitu industri alas kaki untuk keperluan sehari-hari.
Meskipun telah menghentikan produksi dalam lini bisnis BATA, manajemen memastikan pasokan produk BATA tetap aman, melalui bekerja sama dengan sejumlah pemasok lokal. Kerja sama ini tidak melibatkan kontrak jangka panjang, tetapi melalui mekanisme pembelian berdasarkan purchase order (PO).
“Proses pembelian dilakukan melalui prosedur standar serta syarat dan ketentuan yang telah disepakati bersama,” jelas manajemen.
BATA juga memastikan akan tetap menjaga kualitas produk dengan menugaskan tim Quality Assurance (QA). Pada saat yang sama, BATA juga berfokus pada beberapa strategi dengan inisiatif utama optimalisasi ritel tanpa melakukan ekspansi gerai secara agresif, namun menerapkan strategi jaringan ritel berbasis kinerja.
“Fokus utama diarahkan pada renovasi toko guna meningkatkan pengalaman pelanggan dan menarik lebih banyak pengunjung di seluruh lokasi,” jelas manajemen.
Kemudian upaya untuk peningkatan margin melalui pengembangan dan penjualan koleksi produk eksklusif yang bernilai tambah. Selanjutnya adalah efisiensi operasional dengan penyederhanaan kegiatan operasional.
Lalu BATA juga memperkuat bisnis daring melalui kemitraan strategis dengan platform e-commerce pihak ketiga. Terakhir adalah monetisasi aset dengan meningkatkan pemanfaatan aset dan melepas properti yang tidak digunakan.
“Perseroan meyakini bahwa strategi yang dijalankan akan mampu memulihkan profitabilitas serta mencapai pertumbuhan dalam jangka Panjang yang berkelanjutan,” jelas manajemen.