
Selayaknya organ tubuh manusia yang lain, ovarium juga bisa mengalami penuaan karena usia. Faktanya, ovarium adalah salah satu organ manusia yang paling cepat mengalami penuaan dibandingkan organ tubuh lainnya. Namun, apa yang dimaksud dengan penuaan ovarium, bagaimana dampaknya, dan bisakah penuaan ovarium ditunda? Simak selengkapnya di bawah ini.
Apakah itu penuaan ovarium?
Penuaan ovarium adalah proses alami ketika jumlah dan kualitas sel telur di dalam ovarium menurun seiring waktu. Di dalam ovarium terdapat kantung kecil berisi cairan yang disebut folikel, yakni tempat sel telur belum matang disimpan. Folikel ini berperan penting untuk kesuburan karena dari sinilah sel telur akan matang dan siap dibuahi setiap bulan.
Menurut artikel “Ovarian aging in humans: potential strategies for extending reproductive lifespan” dari National Library of Medicine, saat bayi perempuan masih dalam kandungan, ia memiliki sekitar tujuh juta folikel. Jumlah ini menurun menjadi sekitar satu hingga dua juta saat lahir, dan ketika mulai menstruasi hanya tersisa sekitar 300–400 ribu.
Sepanjang hidupnya, seorang perempuan hanya akan mengalami sekitar 400 kali ovulasi, sementara folikel lainnya akan hilang secara alami. Penurunan ini membuat cadangan sel telur (ovarian reserve) berkurang dari tahun ke tahun hingga akhirnya berhenti sama sekali ketika memasuki masa menopause.
Dilansir National Geographic, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami alasan biologis di balik terjadinya menopause. Sebab, hanya sedikit sebetulnya spesies yang mengalami menopause, seperti manusia dan beberapa jenis paus. Kebanyakan mamalia betina pun bisa tetap subur hampir sepanjang hidupnya, sedangkan perempuan kehilangan kemampuan reproduksi bahkan puluhan tahun sebelum organ tubuh lain menunjukkan tanda-tanda penuaan.
Mengapa penuaan ovarium terjadi?
Penuaan ovarium terjadi secara bertahap dan akan berakhir ketika perempuan mencapai masa menopause, biasanya di usia 45 sampai 55 tahun. Faktor utama yang menentukan kapan menopause terjadi adalah genetik atau keturunan. Jadi, jika ibu atau nenek mengalami menopause di usia muda, kemungkinan besar hal itu juga akan terjadi pada generasi berikutnya.
Selain faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan juga berperan. Kebiasaan merokok, kurang gizi, berat badan yang terlalu rendah, atau olahraga berlebihan bisa mempercepat penuaan ovarium. Sebaliknya, gaya hidup sehat dengan aktivitas fisik yang cukup, berat badan ideal, dan pola makan seimbang bisa membantu memperlambat prosesnya.
Apa dampaknya bagi tubuh?
Ketika ovarium mulai menua, jumlah hormon estrogen yang dihasilkan juga berkurang. Padahal, hormon ini penting untuk menjaga kesehatan tulang, jantung, dan metabolisme tubuh. Akibatnya, menurut artikel “Can ovarian aging be delayed by pharmacological strategies?” dari National Library of Medicine, perempuan yang sudah menopause berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, penyakit jantung, dan gangguan metabolik seperti obesitas atau diabetes.
Selain itu, penurunan cadangan ovarium juga berpengaruh pada kesuburan. Saat jumlah folikel menurun, peluang untuk hamil pun ikut berkurang. Ini sering menjadi tantangan bagi perempuan yang ingin memiliki anak di usia yang lebih matang.
Bisakah penuaan ovarium ditunda?
Meskipun tidak bisa dicegah sepenuhnya, penuaan ovarium bisa diperlambat. Kuncinya adalah menjaga kesehatan ovarium sejak dini, saat jumlah sel telur masih banyak dan kualitasnya masih baik. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain menjaga pola makan bergizi, rutin berolahraga dengan intensitas sedang, tidur cukup, dan menghindari rokok serta stres berlebihan.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan yang menjalani gaya hidup sehat cenderung mengalami menopause lebih lambat. Menopause yang datang di usia lebih tua sering kali diikuti dengan manfaat kesehatan seperti tulang yang lebih kuat, risiko penyakit jantung yang lebih rendah, dan bahkan usia harapan hidup yang lebih panjang.
Penulis: Zulfa Salman
BACA JUGA: Ciri Haid Menjelang Menopause dan Gejala Lain yang Muncul