
Harga minyak mentah dunia tercatat turun tipis pada perdagangan Selasa (14/10) setelah sempat menguat sehari sebelumnya. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan China, dua negara ekonomi teratas dunia yang dikhawatirkan menekan permintaan bahan bakar global.
Harga minyak mentah Brent turun 28 sen atau sekitar 0,4 persen menjadi USD 63,04 per barel pada pukul 06.30 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada harga USD 59,26, turun 23 sen atau 0,4 persen.
Pada sesi sebelumnya, Brent ditutup 0,9 persen lebih tinggi dan WTI AS ditutup naik 1 persen.
Pimpinan tim sektor energi di DBS Bank, Suvro Sarkar, mengatakan negosiasi di tingkat teknis antara kedua pihak masih berlangsung, namun China telah menegaskan akan berjuang sampai akhir jika diperlukan.

“Pasar minyak akan sensitif terhadap pernyataan semacam itu yang berasal dari kedua kubu, meski kami memperkirakan pergerakan harga akan tetap berada dalam kisaran tertentu dalam waktu dekat,” kata Suvro dikutip dari Reuters, Rabu (15/10).
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent Senin lalu mengatakan Trump akan tetap berkomitmen untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan bulan ini. Pertemuan yang diharapkan dapat meredakan ketegangan atas ancaman tarif dan pembatasan ekspor.
Namun demikian, perkembangan pekan lalu justru semakin memperburuk sentimen pasar. China memperluas kontrol ekspor terhadap tanah jarang, sementara Trump mengancam akan akan memberlakukan tarif 100 persen serta pembatasan ekspor perangkat lunak mulai 1 November.
Pada Selasa (14/10), China juga mengumumkan sanksi terhadap lima anak perusahaan pembuat kapal Korea Selatan Hanwha Ocean yang terkait dengan AS. Selain itu, AS dan China akan mulai mengenakan biaya pelabuhan pada perusahaan pelayaran laut yang memindahkan segala hal mulai dari mainan liburan hingga minyak mentah.
Sebelumnya, Trump juga meragukan prospek pertemuan dengan Xi selama KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan yang dijadwalkan pada 30 Oktober dan 1 November.

Selisih harga antara kontrak minyak berjangka jangka pendek AS dan kontrak tujuh bulan ke depan pada Senin tercatat paling kecil sejak Januari 2024.
Di sisi lain, selisih harga antara kontrak minyak berjangka jangka pendek AS dan kontrak tujuh bulan ke depan pada Senin tercatat paling kecil sejak Januari 2024. Kondisi ini terjadi karena peningkatan pasokan dari OPEC+ serta berkurangnya permintaan akibat perawatan musiman di kilang minyak AS.
Reporter: Nur Pangesti