
Anggota DPRD Banten dari Fraksi PAN, Dede Rohana Putra, angkat bicara soal kasus penamparan seorang siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, oleh kepala sekolah karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
Menurut Dede, seharusnya dibentuk tim investigasi untuk memastikan penyebab peristiwa tersebut.
“Memang kekerasan fisik itu tidak pernah dibenarkan dalam hukum kita, akan tetapi pasti ada asap ada api, ada yang melatarbelakangi (penamparan dilakukan). Maka harus dibentuk tim investigasi, harus cross check ke lapangan ini karena apa (penyebabnya),” kata Dede saat dihubungi, Selasa (14/10).
Dede mengatakan siswa yang kedapatan merokok itu harusnya juga diberikan sanksi. Hal ini perlu dilakukan untuk memberi efek jera.
“Kalau seandainya siswa yang bersangkutan itu salah ya harusnya dua-duanya diberikan sanksi. Kalau kepsek diberikan sanksi, ya siswa juga karena merokok di sekolah atau karena melanggar peraturan sekolah ya harus diberi sanksi, siswanya dikeluarkan, dipakai untuk efek jera juga,” terangnya.
Kasus ini melibatkan Kepala SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, dengan siswa kelas XII SMAN 1 Cimarga bernama Indra Lutfiana Putra (17). Ia telah dinonaktifkan terkait kasus itu.
“Jangan sampai ketika menghukum kepsek karena menegakkan aturan misalnya, sedangkan siswa yang salah malah dibela. Nanti kepsek yang lain mau mendisiplinkan siswa yang bermasalah jadi pada takut, nanti siswa makin berani,” ujar Dede.
Untuk itu, diungkapkan Dede, kebijakan menonaktifkan Dini sebelum ada hasil investigasi di lapangan merupakan keputusan yang kurang tepat.
“Kalau hasil investigasi ditemukan ada pelanggaran dari kepsek ya ga ada masalah dicopot. Kita harus cross check lah, harus tabayyun jangan sampai keputusan itu diambil ternyata ada yang terdzolimi yang seharusnya tidak demikian,” tuturnya.
Duduk Perkara Kasus
Siswa kelas XII SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, bernama Indra Lutfiana Putra (17), diduga ditampar oleh kepala sekolahnya, Dini Fitria, karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah pada Jumat (10/10).
Akibat peristiwa ini seluruh siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, mogok sekolah pada Senin (13/10). Aksi mogok ini merupakan bentuk protes atas tindakan kepala sekolah.
Indra mengaku ditampar Dini karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah saat kegiatan Jumat Bersih pada hari Jumat (10/10) lalu.
Menurutnya, saat itu dirinya ditegur karena kepergok kepala sekolah tengah asyik nongkrong sambil merokok di sebuah warung yang ada di lingkungan SMAN 1 Cimarga.
“Saya kaget waktu ketemu Kepsek, rokok langsung saya buang, tapi disuruh nyari lagi sama Kepsek. Enggak ketemu (puntung rokoknya), lalu kepsek bilang saya bohong,” kata Indra, Senin (13/10).
Indra mengatakan, saat itu dia dituding berbohong sehingga membuat kepala sekolah naik pitam dan melakukan kekerasan serta melontarkan kata-kata kasar terhadap dirinya.
“Terus beliau marah, nendang saya di punggung, terus nampol saya di pipi kanan. Kepsek juga bilang goblok, anjing, terus nyuruh saya nyari lagi rokoknya, padahal udah enggak ada,” ujarnya.
Tak berhenti sampai di situ, menurut Indra, dia terus mendapatkan kata-kata kasar dari kepala sekolah setelah digiring ke ruang guru. Bahkan kata-kata kasar kepala sekolah dilontarkan terhadap dirinya, di hadapan guru-guru lainnya.
“Beliau masih marah-marah, bilang enggak menghargai dan katanya baru pertama kali marah sampai seperti itu,” kata Indra.
Penjelasan Kepsek
Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga Dini Fitria tak menampik telah menampar Indra. Namun menurutnya, tamparan yang diberikan pun hanya pelan karena emosi siswanya telah berbohong.
“Saya kecewa bukan karena dia merokok, tapi karena tidak jujur. Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan tidak ada pemukulan keras,” kata Dini.
“Saya tidak menendang, hanya menepuk bagian punggung. Itu pun karena emosi spontan, tidak ada luka atau bekas apa pun,” sambungnya.
Dini beralasan, perbuatannya itu dilakukan karena siswa tersebut mencoba melarikan diri usai terpergok olehnya sedang merokok di sebuah warung di sekitar sekolah.
“Saya lihat dari jarak 20-30 meter ada asap rokok di tangan itu. Saya panggil dengan suara keras, karena jaraknya cukup jauh, anak itu langsung lari,” ujarnya.
Dini mengatakan akan lebih berhati-hati dalam menjaga komunikasi antar guru, siswa dan orang tua siswa agar bisa membentuk karakter siswa yang lebih baik di masa mendatang.
“Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi,” tutupnya.