
Selama ini, operasi kanker payudara sering dianggap sebagai fase paling berat dalam perjalanan penyintas kanker. Bukan hanya karena proses medisnya, tapi juga dampak psikologis setelahnya. Banyak perempuan yang mengaku kehilangan rasa percaya diri karena bentuk tubuh yang berubah drastis pasca operasi.
Namun kini, teknologi membawa harapan baru. Untuk pertama kalinya di Indonesia, prosedur Robotic Skin Sparing Mastectomy atau sebuah teknik pengangkatan jaringan kanker menggunakan bedah robotik yang tetap mempertahankan bentuk alami payudara berhasil dilakukan.
Hadirnya teknologi ini membuat dokter bisa bekerja melalui lubang berukuran hanya 3–5 mm, dibantu dengan lengan robot yang dapat bergerak hingga 360 derajat. Kamera 3D beresolusi tinggi memungkinkan dokter melihat area kanker hingga 10 kali lebih jelas, sementara sistem penstabil tremor membantu memastikan setiap gerakan sangat presisi.

Hasilnya? Jaringan kanker bisa diangkat optimal tanpa merusak jaringan sehat, pemulihan jauh lebih cepat, dan yang tak kalah penting, pasien tetap merasa utuh sebagai perempuan.
“Teknologi bedah robotik bukan hanya efektif secara medis, tapi juga memberi pemulihan lebih cepat, risiko komplikasi lebih rendah, dan hasil estetika yang jauh lebih baik,” ujar dr. Reza Musmarliansyah, Sp.B, Subsp.Onk (K). FICRS, Dokter Spesialis Bedah Onkologi.

Di tahap rekonstruksi, bedah plastik rekonstruksi kemudian turut turun tangan untuk memastikan bentuk payudara tetap proporsional. Tahapan ini berfungsi untuk mengembalikan rasa percaya diri penyintas.
Maka dari itu, teknologi ini jadi simbol perubahan paradigma bahwa penanganan kanker tidak harus meninggalkan trauma visual atau emosional. Jika teknologi robotik sudah membantu dunia otomotif, manufaktur, hingga eksplorasi luar angkasa, kini saatnya teknologi yang sama digunakan untuk kesehatan perempuan agar dapat ditangani dengan lebih lembut, lebih presisi, dan lebih manusiawi.