
Seorang ibu dengan akun Instagram @bunatwinny mengeluhkan kebiasaan anaknya yang suka mengemut jempol. Kebiasaan ini terbawa cukup lama hingga balita.
Karena kesulitan menghentikan kebiasaan si kecil mengemut jempol, ibu tersebut lantas mengoleskan krim nyeri otot ke jari anaknya. Harapannya, jempol jadi panas dan pahit sehingga kebiasaan mengemut jempol berhenti dengan sendirinya. Namun alih-alih benar-benar berhenti, si kecil justru mengganti kebiasaan itu dengan sering memegang pusarnya sendiri.
Menanggapi kondisi tersebut, Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A, menyebut, perilaku seperti itu sangat wajar terjadi. Anak-anak kecil sering mencari cara untuk menenangkan diri atau yang disebut dengan self soothing, salah satunya dengan mengemut jempol.
“Kalau dulu dia terbiasa isap jempol dan sekarang berhenti, bisa jadi dia mencari pengganti, misalnya dengan memegang pusar, mainin telinga, atau elus-elus rambut,” ujar dr. Aisya saat dihubungi kumparanMOM, Minggu (5/10).
Apakah Aman Anak Suka Pegang Pusar?

Kebiasaan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia, terutama ketika emosi anak makin matang dan rasa percaya dirinya tumbuh. Umumnya, kebiasaan ini berkurang atau berhenti di usia 5–7 tahun.
Namun, bila anak sudah masuk usia sekolah dan masih terus melakukannya sampai mengganggu aktivitas sosial, perlu dikonsultasikan ke dokter anak atau psikolog ya, Moms.
Secara medis, kebiasaan ini tidak berbahaya selama kondisi pusar dan tangan anak bersih. Namun perlu diwaspadai jika terjadi hal-hal berikut ini:
-Pusar tampak merah, bengkak, atau keluar cairan (bisa jadi tanda infeksi).
-Anak menekan pusar terlalu sering hingga menyebabkan iritasi.
-Pada anak dengan riwayat hernia pusar, kebiasaan ini sebaiknya dikurangi agar tidak memperparah kondisi.

Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
dr. Aisya menyarankan yang utama adalah tidak memarahi atau menegur anak secara keras, karena justru bisa membuat si kecil semakin stres dan malah memperkuat kebiasaannya. Hindari juga mengatasi kebiasaan tersebut dengan hal-hal yang justru bisa menimbulkan trauma bagi si kecil.
Jadi, sebagai gantinya, orangtua bisa:
1. Memberikan rasa aman dengan memeluk, membelai, atau mengajak ngobrol dengan lembut.
2. Mengamati pemicunya apakah anak sedang cemas, lelah, atau bosan.
3. Arahkan dengan kegiatan yang positif dan menenangkan.
“Misalnya dengan membaca buku bersama, menggambar, bermain playdough, main boneka, atau permainan sensori seperti pasir, air, slime,” tegas dr. Aisya.