BerandaMenjembatani Sekolah dan Dunia...

Menjembatani Sekolah dan Dunia Kerja: Solusi Mismatch di Manggarai

Ilustrasi: https://pixabay.com/id/photos/mahasiswa-diploma-lulusan-rumbai-3990783/
Ilustrasi: https://pixabay.com/id/photos/mahasiswa-diploma-lulusan-rumbai-3990783/

Fenomena meningkatnya jumlah lulusan sarjana yang kembali ke kampung halaman tanpa memperoleh pekerjaan tetap kini menjadi pemandangan umum di Manggarai. Banyak di antara mereka yang pulang membawa ijazah, tetapi belum memiliki ruang aktualisasi di dunia kerja. Sebagian memilih merantau ke kota besar, sementara lainnya bertahan dengan pekerjaan serabutan di sektor informal. Kondisi ini menggambarkan satu persoalan mendasar: dunia pendidikan di daerah belum sepenuhnya terhubung dengan kebutuhan pasar kerja.

Situasi tersebut menunjukkan adanya kesenjangan atau mismatch antara kualifikasi pendidikan dan permintaan tenaga kerja di tingkat lokal. Lulusan perguruan tinggi memiliki pengetahuan teoretis yang cukup, tetapi tidak selalu sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja di Manggarai. Di sisi lain, sektor-sektor potensial seperti pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif justru kekurangan sumber daya manusia yang terampil dan inovatif.

Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan terbatasnya lapangan pekerjaan, melainkan juga menyangkut arah dan relevansi sistem pendidikan yang belum berakar pada konteks sosial-ekonomi daerah. Sekolah dan perguruan tinggi masih cenderung menekankan aspek kognitif dan pencapaian akademik, sementara dimensi keterampilan praktis serta karakter kewirausahaan kurang mendapat perhatian. Akibatnya, pendidikan berjalan pada jalurnya sendiri, terpisah dari dinamika dunia kerja yang terus berubah.

Akar Permasalahan

Salah satu akar utama dari mismatch tersebut adalah orientasi pendidikan yang masih berpusat pada gelar, bukan pada kompetensi. Pandangan masyarakat yang menempatkan ijazah sebagai simbol keberhasilan pendidikan menyebabkan banyak peserta didik dan lembaga pendidikan berfokus pada pencapaian formal, bukan pada penguasaan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan riil pasar kerja.

Selain itu, struktur ekonomi di Manggarai belum berkembang secara merata. Lapangan kerja masih didominasi oleh sektor pertanian tradisional, perdagangan kecil, serta jasa informal. Walaupun sektor pariwisata dan industri kreatif mulai bertumbuh, kapasitasnya dalam menyerap tenaga kerja lulusan perguruan tinggi masih sangat terbatas. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara jumlah lulusan berpendidikan tinggi dan peluang kerja yang tersedia di daerah.

Faktor lain yang turut memperparah situasi ini ialah minimnya kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah daerah, dan dunia usaha. Pola kerja sama yang bersifat jangka pendek belum mampu membangun sistem link and match yang berkelanjutan. Padahal, sinergi antara kampus dan dunia kerja dapat membantu menyesuaikan kurikulum, memperkuat pelatihan vokasional, serta membuka ruang magang dan penelitian terapan bagi mahasiswa.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Konsekuensi dari ketidaksesuaian tersebut cukup signifikan, terutama bagi generasi muda. Pertama, terjadi peningkatan pengangguran terdidik. Banyak lulusan sarjana tidak memperoleh pekerjaan sesuai bidang keahliannya dan akhirnya bekerja di luar bidang atau bahkan menganggur. Hal ini menimbulkan kekecewaan sosial serta mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai ekonomi dari pendidikan tinggi.

Kedua, muncul fenomena “brain drain” atau migrasi sumber daya manusia terdidik ke daerah lain. Banyak lulusan potensial dari Manggarai memilih merantau karena tidak menemukan peluang karier yang menjanjikan di daerah asalnya. Kondisi ini berdampak pada hilangnya potensi lokal yang seharusnya dapat mendorong pembangunan daerah secara berkelanjutan.

Ketiga, mismatch ini juga mengakibatkan rendahnya produktivitas dan inovasi lokal. Minimnya tenaga kerja terampil membuat berbagai sektor potensial sulit berkembang. Banyak gagasan atau riset mahasiswa yang berhenti pada tahap wacana karena tidak tersambung dengan dunia usaha atau kebijakan pemerintah daerah. Akibatnya, pendidikan kehilangan fungsinya sebagai penggerak perubahan sosial dan ekonomi.

Ilustrasi: https://pixabay.com/id/photos/kelulusan-lulusan-topi-diploma-907565/
Ilustrasi: https://pixabay.com/id/photos/kelulusan-lulusan-topi-diploma-907565/

Arah Solusi dan Strategi Penguatan

Mengatasi mismatch antara pendidikan dan dunia kerja membutuhkan pendekatan sistemik dan kolaboratif. Beberapa langkah berikut dapat menjadi strategi awal perubahan.

Pertama, reorientasi kurikulum pendidikan. Lembaga pendidikan perlu mengintegrasikan kurikulum berbasis keterampilan dan kebutuhan lokal (context-based learning). Proses pembelajaran harus memberi ruang bagi mahasiswa untuk berlatih keterampilan praktis, berpikir kritis, serta berinovasi sesuai potensi wilayah. Di Manggarai, misalnya, program studi terkait pertanian berkelanjutan, ekowisata, atau wirausaha sosial perlu diperkuat agar lebih kontekstual.

Kedua, pembangunan jejaring kolaboratif antara kampus, pemerintah daerah, dan pelaku usaha. Model kerja sama yang terencana — seperti program magang industri, riset kolaboratif, atau teaching factory — dapat memperpendek jarak antara dunia akademik dan dunia kerja. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menyediakan dukungan kebijakan dan pendanaan untuk mengembangkan model kemitraan semacam ini.

Ketiga, pengembangan potensi ekonomi lokal sebagai basis pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan harus diarahkan untuk memperkuat sektor-sektor unggulan daerah seperti pariwisata budaya, pertanian organik, dan industri kreatif berbasis kearifan lokal. Dengan demikian, lulusan pendidikan tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja di lingkungannya sendiri.

Keempat, penguatan peran komunitas dan jejaring alumni. Alumni yang telah berhasil dapat menjadi mentor, narasumber, atau investor sosial bagi generasi berikutnya. Melalui pendekatan ini, proses transfer pengalaman dan pembentukan jejaring kerja dapat berjalan lebih efektif.

Refleksi dan Harapan

Permasalahan mismatch antara pendidikan dan dunia kerja di Manggarai sesungguhnya menggambarkan tantangan klasik pembangunan sumber daya manusia di daerah. Namun, tantangan ini juga membuka peluang untuk berbenah. Pendidikan harus dipahami bukan hanya sebagai sarana memperoleh pekerjaan, tetapi sebagai proses pembentukan kapasitas manusia untuk berkontribusi terhadap perubahan sosial dan ekonomi.

Jika semua pemangku kepentingan — pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan masyarakat — bersinergi, maka jurang antara sekolah dan dunia kerja dapat dijembatani. Manggarai memiliki potensi besar: sumber daya alam yang kaya, budaya yang kuat, dan generasi muda yang cerdas. Yang dibutuhkan kini adalah jembatan yang menghubungkan pengetahuan dengan praktik, teori dengan tindakan.

Dengan membangun jembatan itu, pendidikan tidak lagi berhenti pada pencapaian gelar, tetapi menjadi fondasi bagi kemandirian, inovasi, dan kesejahteraan masyarakat Manggarai.

- A word from our sponsors -

spot_img

Most Popular

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

More from Author

Perjalanan Praperadilan Nadiem Makarim yang Berujung Ditolak Hakim

Gugatan praperadilan yang diajukan Nadiem Makarim kandas di tangan hakim tunggal...

Resmi Jabat Wakapolda Lampung, Ini Profil Brigjen Pol Sumarto

Lampung Geh, Bandar Lampung - Brigjen Pol Sumarto resmi menjabat sebagai...

Cedera Ligamen, Keegan Murray Absen Bela Sacramento Kings

Keegan Murray mengalami cedera saat pertandingan pramusim Sacramento Kings melawan Portland...

Prabowo Dinilai sedang Benahi Total Sektor Tambang dan Energi

Prabowo Subianto dinilai tengah melakukan penataan besar-besaran dalam tata kelola sektor tambang...

- A word from our sponsors -

spot_img

Read Now

Perjalanan Praperadilan Nadiem Makarim yang Berujung Ditolak Hakim

Gugatan praperadilan yang diajukan Nadiem Makarim kandas di tangan hakim tunggal PN Jakarta Selatan, I Ketut Darpawan. Dalil pihak eks Mendikbudristek soal adanya kesalahan formil dalam penetapan tersangka oleh Kejagung, tidak terbukti. Dengan adanya putusan tersebut, status tersangka dan penahanan yang dilakukan Kejagung terhadap Nadiem dalam kasus...

Resmi Jabat Wakapolda Lampung, Ini Profil Brigjen Pol Sumarto

Lampung Geh, Bandar Lampung - Brigjen Pol Sumarto resmi menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Lampung menggantikan Irjen Pol Ahmad Ramadhan. Sertijab ini dilakukan setelah Ahmad Ramadhan mendapat kenaikan pangkat menjadi bintang dua sebagai Inspektur Jenderal (Irjen) Polri dengan jabatan Dosen Utama Akademi Kepolisian (Akpol). Proses sertijab dilaksanakan...

Cedera Ligamen, Keegan Murray Absen Bela Sacramento Kings

Keegan Murray mengalami cedera saat pertandingan pramusim Sacramento Kings melawan Portland Trail Blazers, Sabtu (11/10) lalu.

Prabowo Dinilai sedang Benahi Total Sektor Tambang dan Energi

Prabowo Subianto dinilai tengah melakukan penataan besar-besaran dalam tata kelola sektor tambang dan energi nasional.

Menuju 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Masih Banyak yang Berantakan

Pemerintahan Prabowo-Gibran genap berusia satu tahun pada 20 Oktober 2025. Dari sektor ekonomi, beberapa capaian mendapat apresiasi. Namun sejumlah catatan juga dinilai masih berantakan.

Riset: Efek “Pendinginan Diri” Gletser Dunia Segera Berakhir

Peneliti ungkap gletser di seluruh dunia kehilangan kemampuan “pendinginan diri” dalam dekade mendatang.

Polling: Timnas Gagal Lolos ke Piala Dunia, Patrick Kluivert Stay atau Out?

Timnas Indonesia menelan kekalahan dari Irak di matchday 2 Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Bermain di King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu (12/10) dini hari WIB, Indonesia kalah dengan skor 0-1. Pelatih Timnas, Patrick Kluivert, mengaku kecewa dengan hasil yang diraih timnya. Apalagi, Kluivert menyebut timnya bermain...

Hamil Anak Ketiga, Lesti Kejora: Hormon Berantakan Hingga Sering Marah-marah

Lesti Kejora saat ini tengah hamil buah hatinya dengan Rizky Billar yang ketiga. Lesti akui dirinya merasakan perubahan hormon drastis di kehamilan yang ketiga. Perubahan hormon itu, berdampak pada wajah Lesti Kejora. Kata Lesti, perubahan hormon tersebut membuat wajahnya berjerawat. "Aku lagi jerawatan banget. Oh iya, hamil ini, hamil...

Belajar dari Bencana, Membangun Ketangguhan

Indonesia tidak pernah benar-benar bisa lepas dari kata bencana. Di atas ring of fire, diapit oleh tiga lempeng besar dunia, dikelilingi lautan tropis dengan sistem monsun yang kompleks, negeri ini adalah rumah bagi ribuan gunung berapi, ratusan sungai besar, dan jutaan hektare hutan hujan yang kini sebagian...

Main Padel Makin Mudan & Seru, Bayar Pakai QRIS BRImo dapat Cashback Rp 100 Ribu

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali memanjakan nasabah dengan menghadirkan promo spesial bagi pecinta olahraga padel. Melalui program Promo Spesial Omni Padel, nasabah berkesempatan mendapatkan cashback Rp 100.000 setiap melakukan pembayaran sewa lapangan menggunakan QRIS BRImo. Promo yang berlangsung pada 1–31 Oktober 2025 ini dapat...

Hanya 50% Buruh Bongkar Muat Terdaftar BPJS Ketenagakerjaan

Peserta dari sektor formal yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan baru mencakup sekitar 55% dari total pekerja. Bahkan dari sektor informal lebih minim lagi, yaitu 13%.

Tak Terima Anak Ditampar Kepsek karena Kepergok Merokok, Ortu Bakal Lapor Polisi

Siswa kelas XII SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, bernama Indra Lutfiana Putra (17), diduga ditampar oleh kepala sekolahnya, Dini Fitria, karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah pada Jumat (10/10). Orang tua Indra tak terima anaknya ditampar dan akan melaporkan kasus ini ke polisi. "Saya tidak ikhlas, tidak ridho anak...