BerandaTradisi Santri Ngecor dan...

Tradisi Santri Ngecor dan Robohnya Al-Khoziny

Suara gemuruh membuyarkan ketenangan sore di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Senin (29/9). Dalam sekejap, bangunan tiga lantai di dalam kompleks ponpes ambruk menimpa ratusan santri yang tengah salat Ashar.

Kepanikan pecah, tangisan dan jeritan santri menggema di antara tumpukan beton seberat 1.259 ton.

Tak lama berselang, Bupati Sidoarjo Subandi tiba di lokasi. Ia langsung menemui pengasuh Ponpes Al-Khoziny, KH Raden Abdus Salam Mujib. Subandi menanyakan izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)—dulu IMB—bangunan yang roboh.

“Saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata nggak ada. Tadi ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh,” ujar Subandi di lokasi, Senin (29/9).

Tim penyelamat mencari korban setelah bangunan di Ponpes Al-Khoziny ambruk, Rabu (1/10/10/2025). Foto: Trisnadi/AP PHOTO
Tim penyelamat mencari korban setelah bangunan di Ponpes Al-Khoziny ambruk, Rabu (1/10/10/2025). Foto: Trisnadi/AP PHOTO

Bangunan yang runtuh memang dalam proses pembangunan sejak sepuluh bulan lalu. Lantai 1 merupakan musala bagi santri putra, sedangkan lantai 2 dan 3 rencananya dipakai sebagai aula.

Saat kejadian, diduga sedang ada pengecoran dak beton untuk atap lantai 3. Pengecoran tersebut berlangsung sejak pagi hari. Namun menurut Kiai Mujib, pengecoran kemungkinan sudah selesai saat siang.

Ia menilai bangunan atap lantai 3 tak kuat menopang bahan cor sehingga seketika ambrol layaknya ‘dibom’.

“Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik,” ucap Kiai Mujib yang mengaku tak tahu menahu soal izin PBG.

Pengasuh Ponpes Al-Khoziny KH Abdus Salam Mujib, Senin (29/9/2025). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Pengasuh Ponpes Al-Khoziny KH Abdus Salam Mujib, Senin (29/9/2025). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan

Pengecoran bangunan tiga lantai itu lantas menjadi persoalan karena disinyalir melibatkan tenaga para santri. Bahkan beredar kabar pengecoran tersebut sebagai bentuk hukuman bagi santri yang melanggar aturan ponpes.

Seorang wali santri asal Pasuruan, Noer, mengakui keponakannya Soegik ikut mengecor atap bangunan saat kejadian. Akibatnya, Soegik ikut terjatuh dari atap lantai tiga bersama reruntuhan bangunan. Ia mengalami retak di tangan kanan.

“Dia (Soegik) bagian ngecor. Iya, [santri yang ngecor],” kata Noer di Posko Asrama Putri Ponpes Al-Khoziny, Rabu (1/10).

Wali santri lainnya, Ahmad Faiq, mengakui pelibatan para santri dalam mengecor bangunan. Meski demikian, ia tidak tahu secara detail, dan menganggap hal tersebut sebagai kegiatan sukarela.

Ilustrasi pekerja membawa ember berisi semen. Foto: golubka57/Shutterstock
Ilustrasi pekerja membawa ember berisi semen. Foto: golubka57/Shutterstock

Sejauh ini, pengasuh maupun pengelola Ponpes Al-Khoziny belum mengonfirmasi kabar pelibatan santri untuk ngecor dan apakah menjadikannya sebagai hukuman.

kumparan telah berupaya menghubungi mereka melalui beberapa pihak seperti Barisan Ansor Serbaguna (Banser) ponpes, Supriyanto; penceramah ponpes, Ustaz Abdul Rouf; keluarga pengasuh ponpes, KH Sirojul Alam atau Gus Siroj; maupun Gus Syafiq. Namun, hingga kini pihak pengasuh atau pengelola ponpes belum merespons.

Sementara itu Ketua Alumni Santri Al-Khoziny, KH Zainal Abidin, tak menampik bahwa santri dilibatkan dalam proses pembangunan. Meski demikian, terlibatnya santri bukan untuk pekerjaan yang berat. Sebab pekerjaan berat dilakukan tukang profesional.

Ketua Alumni Pusat Al Khoziny, Zainal Abidin. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Ketua Alumni Pusat Al Khoziny, Zainal Abidin. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan

Menurut Kiai Zainal, santri hanya membantu mengaduk semen hingga mengangkut material bangunan.

“[Santri] gak sampai membuat konstruksi,” ujarnya kepada kumparan, Kamis (9/10).

Kiai Zainal menyatakan keterlibatan santri saat proses pembangunan serupa dengan kerja bakti di perkampungan. Tradisi kerja bakti itu dikenal sebagai ro’an dan telah menjadi budaya di ponpes berdiri pada 1915 itu.

Bahkan dahulu saat ro’an, kata Kiai Zainal, para santri begitu antusias karena kegiatan belajar libur hingga makanan berlimpah.

“Bagi kami yang dulu pernah mondok, dengan ro’an itu senang sekali,” ucap Kiai Zainal, santri Al-Khoziny 1989-1997.

Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock

Sejarah Ro’an di Pesantren

Ro’an atau kerja bakti santri bukan hanya terjadi di Al-Khoziny. Tradisi ro’an, yang salah satunya melibatkan santri dalam kegiatan pembangunan, telah menjadi pemandangan yang jamak di berbagai ponpes, bahkan sejak zaman sebelum kemerdekaan. Seperti di Ponpes Lirboyo, Kediri, yang berdiri pada 1910.

Saat itu pendiri Lirboyo, KH Abdul Karim, tidak pernah berencana membangun tempat tinggal santri. Seiring waktu berjalan, santri-santri ingin bermukim di sana. Kiai Abdul Karim pun mempersilakan asalkan para santri membangunnya secara swadaya.

“Jadi kalau di Lirboyo kamar santri itu yang bikin santri sendiri. Tidak seperti sekarang bikin kamarnya dulu, kemudian baru pembukaan pendaftaran santri,” ucap salah satu pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib atau Gus Muid, pada awal Oktober.

Hingga kini, tradisi santri ngecor di Lirboyo masih berlangsung. Video santri Lirboyo ngecor gedung berlantai empat kemudian menjadi ramai di media sosial imbas tragedi Al-Khoziny. Gus Muid menyatakan terlibatnya santri untuk ngecor bersifat sukarela.

Ia menyebut keterlibatan santri hanya di hari tertentu. Sedangkan dalam kesehariannya, pembangunan gedung dilakukan tukang profesional.

“Cara pandang kita itu sebagai ladang amal jariyah, sehingga banyak yang ingin terlibat…berpartisipasi dalam pembangunan. Mereka (santri) yang tidak memiliki tempat, materi, biasanya membantu lewat tenaga, gotong-royong. Kami mohon untuk dapat dilihat dari positifnya,” ujarnya.

Gus Muid menegaskan kegiatan ngecor hanya salah satu dari bermacam-macam bentuk ro’an di Lirboyo.

Ponpes Lirboyo, Kediri, Jatim. Foto: Dok Ponpes Lirboyo
Ponpes Lirboyo, Kediri, Jatim. Foto: Dok Ponpes Lirboyo

Contoh ro’an yang biasa dilakukan santri yakni menjaga kebersihan rutin dengan membersihkan asrama, sekolah, kamar mandi, selokan, halaman, masjid, dan seluruh lingkungan ponpes. Ada pula ro’an eksternal seperti ikut membersihkan lingkungan desa sekitar ponpes.

“Kami terima kasih diberi kritikan, kami akan koreksi diri. Apa yang terjadi di pondok Al-Khoziny akan menjadi intropeksi bagi semua pesantren,” ucapnya.

Sementara itu pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo, KH Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf, menyatakan ro’an berasal dari kata tabarukkan yang artinya ‘mencari keberkahan atau hal-hal yang baik dari Allah SWT’. Sehingga ketika santri ikut terlibat pembangunan ponpes, hal itu sebagai bagian dari mencari berkah.

Gus Yusuf pun menyayangkan pandangan keliru sebagian masyarakat yang menganggap santri ikut ro’an pembangunan ponpes sebagai bentuk kerja paksa atau eksploitasi. Padahal menurutnya ro’an tak berbeda dengan kerja bakti pembangunan di desa-desa.

Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH Muhammad Yusuf Chudlori. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH Muhammad Yusuf Chudlori. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

“Ketika di desa ada kerja bakti kenapa tidak ada yang mengatakan kerja paksa? Saya herannya di situ. Tetapi ketika [santri] pondok kerja bakti dianggap kerja paksa,” kata Gus Yusuf di akun Instagramnya, Minggu (5/10).

Ia berpandangan pelibatan para santri dalam pembangunan tak lepas dari kondisi keuangan ponpes yang dikelola secara mandiri. Bukan seperti sekolah yang pembangunannya dari uang negara. Sehingga pembangunan ponpes dilakukan bertahap menyesuaikan kondisi keuangan dan kebutuhan santri.

“Karena pondok itu antara santri dan bangunan itu lebih dulu santrinya. Santri datang, baru bangun [gedung],” ucapnya.

Ilustrasi: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ilustrasi: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Abdul Hakim Hidayat atau Gus Hakim, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jawa Timur, menyatakan santri yang ikut ro’an pembangunan ponpes biasanya dikarenakan berbagai pertimbangan.

“Mungkin mereka (santri) sudah tidak urun (bantu) semen, tidak urun duit atau bahkan pemikiran juga enggak… yang paling bisa dilakukan santri adalah tenaganya,” kata Gus Hakim.

Sedangkan Thobib Al Asyhar berpendapat pelibatan santri untuk ngecor hanya bersifat membantu, bukan sebagai tukang. Kabiro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag itu menyatakan tradisi santri ngecor tidak terjadi di seluruh ponpes.

“Saya pernah mondok enam tahun… pengalaman saya enggak (ngecor). Hanya membersihkan halaman, got, kamar mandi, WC,” ucap alumni Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, itu pada kumparan di kantor Kemenag, Kamis (9/10).

Kkirab Hari Santri Nasional di Stadion Wiradadaha, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (22/10/2024). Foto: Adeng Bustomi/ANTARA
Kkirab Hari Santri Nasional di Stadion Wiradadaha, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (22/10/2024). Foto: Adeng Bustomi/ANTARA

Ro’an, Pendidikan Karanter bagi Santri

Di banyak pesantren, tradisi ro’an bukan sekadar kegiatan bersih-bersih atau kerja bakti. Ro’an telah dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter para santri.

Jurnal yang ditulis Mukhamat Saini menemukan bahwa tradisi ro’an telah mengubah karakter para santri yang sebelumnya bersifat individualisme, menjadi pribadi yang saling tolong menolong, bekerjasama, toleransi, menghormat, hingga peduli atau solidaritas terhadap sesama.

Temuan itu berdasarkan hasil riset kualitatif Saini di Ponpes Al-Qomar Wahid Patianrowo, Nganjuk.

“Karakter sosial terbangun ketika para santri selesai melakukan kegiatan ro’an (kerja bakti) yang dilakukan setiap minggu bahkan setiap hari dengan kebersamaan antar teman,” tulis Saini dalam jurnalnya yang terbit Oktober 2020.

Di jurnal lain yang ditulis A Zahid dkk, tradisi ro’an—khususnya bersih-bersih—mampu memunculkan kesadaran ekologis para santri Ponpes Mambaus Sholihin Blitar, tempat penelitian mereka. Kegiatan bersih-bersih bersama yang dilakukan tiap Jumat pagi di ponpes tersebut juga mengajarkan para santri sifat gotong royong, saling membantu, dan kebersamaan.

Santri di Bantul, DIY, membersihkan lingkungan Sungai Winongo dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019. Foto: Hery Sidik/ANTARA
Santri di Bantul, DIY, membersihkan lingkungan Sungai Winongo dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019. Foto: Hery Sidik/ANTARA

Rasa gotong royong itulah yang dirasakan alumni Al-Khoziny, Kiai Zainal, saat dahulu melaksanakan ro’an di pondok. Menurutnya, kegiatan ro’an juga sebagai pembelajaran bahwa seluruh santri sama walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

“Santri juga ada yang dari ekonomi biasa, ada anaknya konglomerat, ada anaknya kiai, ustaz. [Tetapi] kalau sudah ro’an enggak ada batasan-batasan itu, semuanya sama,” ujarnya.

Pengasuh Ponpes Lirboyo, Gus Muid, menyebut selain sifat gotong royong, ro’an sekaligus menumbuhkan rasa khidmah atau pengabdian, implementasi kebersihan dalam Islam, dan sifat mandiri maupun tanggung jawab.

“Roan adalah tradisi yang secara efektif menggabungkan aspek kebersihan fisik dengan pendidikan karakter, menjadikannya salah satu warisan budaya pendidikan yang paling khas dan berharga di pondok pesantren,” tegas Gus Muid.

Aksi bersih sungai santri dan relawan lingkungan hidup di Sungai Belik, Kelurahan Wonokromo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2023. Foto: Hery Sidik/ANTARA
Aksi bersih sungai santri dan relawan lingkungan hidup di Sungai Belik, Kelurahan Wonokromo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2023. Foto: Hery Sidik/ANTARA

Ahmad Tholabi Kharlie, Guru Besar Hukum Islam UIN Jakarta, berpendapat ro’an juga menciptakan ukhuwah (persaudaraan) dan ta’awun (kerja sama) antar sesama santri. Dalam pandangan kiai, ujarnya, kegiatan seperti ngecor dan membersihkan lingkungan bukanlah pekerjaan kasar yang menurunkan martabat santri.

“Sebaliknya, itu adalah madrasah kehidupan yang mengajarkan nilai-nilai luhur Islam seperti keikhlasan, disiplin, dan kebersamaan,” ucap alumnus Ponpes Darussalam Ciamis itu, Kamis (9/10), dikutip dari laman Kemenag.

Masih Relevankah Tradisi ‘Ngecor’ sebagai Ro’an?

Sekalipun tradisi ro’an telah menanamkan banyak nilai positif bagi para santri, namun insiden ambruknya bangunan di Al Khoziny menjadi pengingat penting bahwa pelibatan santri dalam pekerjaan konstruksi seperti pengecoran mengundang bahaya yang nyata. Apalagi para santri sedianya masih di bawah 18 tahun atau termasuk usia anak-anak.

Sosiolog anak Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, menyatakan pengasuh Ponpes Al-Khoziny harus terbuka mengungkap alasan melibatkan santri untuk mengecor.

“Apakah di sana ada motif ekonomi atau tidak… untuk penghematan dsb. Atau memang murni untuk mendidik tumbuhnya sikap gotong royong,” ucap Bagong pada kumparan, Jumat (10/10).

Ilustrasi: Jamal Ramadhan/kumparan
Ilustrasi: Jamal Ramadhan/kumparan

Menurut Bagong, pengasuh ponpes juga perlu menjawab isu hukuman ngecor bagi santri yang tidak menaati peraturan. Ia menegaskan, upaya mendisiplinkan anak tak boleh dengan hukuman fisik seperti ngecor, apalagi pada bangunan berlantai tinggi. Selain itu, hukuman fisik dapat menimbulkan luka psikologis bagi anak.

Meski isu ngecor sebagai hukuman bagi santri belum dijawab pengasuh Ponpes Al-Khoziny, dalam berbagai jurnal, tradisi ro’an sebagai hukuman (ta’zir ro’an) memang terjadi di beberapa ponpes.

Hal itu ditemukan A Zahid dkk di Ponpes Mambaus Sholihin Blitar. Di ponpes tersebut, ta’zir ro’an diterapkan bagi santri yang melanggar aturan seperti keluar pondok tanpa izin dan terlambat kembali ke pondok. Mereka yang melanggar aturan dihukum berupa membersihkan halaman atau membersihkan lingkungan pondok.

Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung baru untuk 36 kelas madrasah di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur, Jumat (10/10/2025). Foto: Destyan Sujarwoko/ANTARA
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung baru untuk 36 kelas madrasah di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur, Jumat (10/10/2025). Foto: Destyan Sujarwoko/ANTARA

Contoh lain ta’zir roan diterapkan di Ponpes Hasyim Asy’ari Tegal seperti yang diteliti Soffatul Umami dalam skripsinya. Penerapan ta’zir ro’an di ponpes tersebut masuk kategori sedang dengan hukuman berupa membersihkan lingkungan satu asrama hingga membersihkan aula.

Sementara itu pakar konstruksi ITS, Mudji Irmawan, menilai pelibatan santri untuk ngecor tidak layak dan tidak pantas. Namun apabila hanya bersifat membantu atau sebagai kernet, kata Mudji, tidak masalah asal tetap memperhatikan keselamatan.

Menurutnya, titik krusial bangunan berada pada kekuatan struktur saat pemasangan tulangan, sambungan, hingga bekisting.

Adapun bagi Bagong, tragedi Al-Khoziny perlu menjadi pengingat para pengasuh ponpes lainnya terkait pelibatan santri untuk ngecor, khususnya jika dijadikan bentuk hukuman.

Anggota Basarnas membacakan doa untuk korban ambruknya bangunan Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/10/2025). Foto: Umarul Faruq/ANTARA
Anggota Basarnas membacakan doa untuk korban ambruknya bangunan Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/10/2025). Foto: Umarul Faruq/ANTARA

Bagong berpendapat pelibatan santri ngecor tidak masalah jika benar-benar sukarela dan pengasuh ponpes bisa menjamin keselamatan mereka. Ia menegaskan kepentingan terbaik bagi anak harus jadi prioritas.

Sebab jika mengacu UU Ketenagakerjaan, anak-anak secara prinsip dilarang dipekerjakan. Sedangkan Pasal 69 di UU tersebut memberi pengecualian bagi anak usia 13-15 tahun bisa dipekerjakan asalkan pekerjaan ringan.

“Tragedi di Sidoarjo menjadi pelajaran penting untuk mengkaji ulang tradisi itu (santri ngecor) mau dilanjutkan atau tidak,” kata Bagong.

Senada, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya, Febriyanto Firman Wijaya, berpendapat tradisi pesantren tidak boleh menutup mata terhadap keselamatan dan perlindungan anak.

Foto udara bangunan musala yang ambruk di Popes Al Khoziny. Foto: Umarul Faruq/ANTARA
Foto udara bangunan musala yang ambruk di Popes Al Khoziny. Foto: Umarul Faruq/ANTARA

Pekerjaan konstruksi, terutama pengecoran beton, memiliki risiko tinggi seperti bekerja di ketinggian, mengangkat beban berat, hingga ancaman kegagalan struktur.

Oleh sebab itu, partisipasi santri haruslah sukarela dan sesuai kapasitas. Jika keterlibatan santri menjadi kewajiban, hukuman, atau mengganggu kegiatan belajar, maka nilai tradisi bisa bergeser ke arah yang salah.

“Ketika santri yang masih di bawah umur dilibatkan tanpa pelatihan, perlengkapan K3, dan pengawasan profesional, itu bukan lagi pengabdian, melainkan pelanggaran etika dan hukum,” ucap Riyan dalam rilis UM Surabaya, Senin (6/10).

Di sisi lain Guru Besar Hukum Islam UIN Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie, menyatakan semangat ro’an tidak boleh mengabaikan aspek keselamatan dan profesionalisme.

Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Shutter Stock

Menurutnya pesantren perlu mengatur ulang prosedur keselamatan yang memadai. Semisal dengan melibatkan tenaga ahli bangunan sebagai pendamping, membatasi keterlibatan santri sesuai usia dan kemampuan, atau menjadikan kegiatan tersebut sebagai pelatihan keterampilan terstruktur.

“Dengan langkah demikian, nilai spiritual dan pendidikan karakter tetap terjaga, sementara risiko kecelakaan dapat diminimalkan. Ini merupakan bentuk aktualisasi dari keseimbangan antara nilai tabarrukan atau mencari berkah dengan tahadhdhur atau kehati-hatian,” tutupnya.

- A word from our sponsors -

spot_img

Most Popular

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

More from Author

Bintang Bayi Picu Gelembung Raksasa yang Menabrak Dirinya Sendiri

Ledakan ini berasal dari WSB 52, di mana semburan jet berkecepatan...

KTT Perdamaian Gaza Dimulai: Dihadiri Trump, Erdogan hingga Prabowo

KTT Perdamaian Gaza di Sharm el-Sheikh, Mesir, dimulai pada Senin (13/10)...

Pecinta Hewan Tumpah Ruah di Grand Batam Mall, Meriahkan Festival For Your Pets 2025

Antusiasme pecinta hewan di Kota Batam kembali memuncak dalam gelaran Festival...

Cara Install Facebook di Laptop dan PC

Dengan menggunaka Facebook, maka penggunanya bisa berinteraksi dengan teman dan keluarga...

- A word from our sponsors -

spot_img

Read Now

Bintang Bayi Picu Gelembung Raksasa yang Menabrak Dirinya Sendiri

Ledakan ini berasal dari WSB 52, di mana semburan jet berkecepatan tinggi menghantam gas di sekitarnya, membentuk bola besar berisi materi panas bertekanan tinggi.

KTT Perdamaian Gaza Dimulai: Dihadiri Trump, Erdogan hingga Prabowo

KTT Perdamaian Gaza di Sharm el-Sheikh, Mesir, dimulai pada Senin (13/10) malam waktu setempat. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi memimpin pertemuan tersebut. Trump dan el-Sisi duduk di meja bagian depan. Di sisi kanan dan kiri mereka, masing-masing duduk Emir Qatar Tamim bin Hamad...

Pecinta Hewan Tumpah Ruah di Grand Batam Mall, Meriahkan Festival For Your Pets 2025

Antusiasme pecinta hewan di Kota Batam kembali memuncak dalam gelaran Festival For Your Pets 2025 yang digelar oleh Indonesian Cat Association (ICA) Batam di Grand Batam Mall.

Cara Install Facebook di Laptop dan PC

Dengan menggunaka Facebook, maka penggunanya bisa berinteraksi dengan teman dan keluarga melalui postingan, komentar, dan chat. Membagikan informasi atau konten

Presiden Prabowo Disambut Presiden Sisi di KTT Perdamaian Gaza di Mesir

Presiden Prabowo Subianto disambut hangat oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam acara KTT Sharm el-Sheikh untuk Perdamaian di Gaza

8 Manfaat Vitamin B Complex, dari Tambah Energi hingga Jaga Kesehatan Jantung

Vitamin B complex membantu mengubah makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi.

Leony Kritik Anggaran Pemkot Tangsel, Pakar Tekankan Peran Audit BPK

BPK secara rutin memeriksa laporan keuangan daerah setiap tahun

Kejati Sumut Tahan Eks Bos Cabang Pratama Belawan soal Korupsi Pelindo

Kejaksaan Tinggi Sumatra Utara menahan mantan Kepala Cabang Pratama Komersil Belawan PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), RS, pada Senin (13/10). 

Astronom: Objek Antarbintang Dapat Memicu Pembentukan Planet

Temuan ini juga menjelaskan fenomena lain: planet-planet gas raksasa seperti Jupiter cenderung ditemukan mengorbit bintang-bintang yang lebih besar.

Komdigi Tegur X soal Denda Konten Pornografi yang Tak Dibayar

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menerbitkan surat teguran untuk platform media sosial (medsos) X. Surat itu dilayangkan buntut X tak mematuhi kewajiban moderasi konten bermuatan pornografi sebagaimana temuan pengawasan Komdigi pada 12 September 2025. Adapun surat teguran ini merupakan surat teguran ketiga yang diterbitkan pada 8 Oktober 2025....

KKB Berulah Lagi, Bakar Bangunan SMP Negeri Kiwirok di Pegunungan Papua

Kelompok kriminal bersenjata (KKB) kembali membakar gedung SMP Negeri Kiwirok di Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.

Mapolres Lumajang Diserang Keluarga Tersangka, 18 Orang Sempat Diamankan

Puluhan anggota keluarga tersangka pencurian hewan menyerang Mapolres Lumajang, Jawa Timur. 18 orang diamankan setelah aksi perusakan.