
Kampung Wisata Ondomohen, terletak di Jalan Ondomohen Magersari, Kecamatan Genteng Surabaya. Kampung yang dulunya gersang, kini disulap menjadi hijau, asri dan bersih.
Mengusung konsep ‘Urban Farming’, kampung ini bisa menghasilkan tanaman hingga ikan yang bisa dimanfaatkan oleh warganya sendiri.
Mulai dari sayuran hidroponik seperti kangkung, sawi, cabai, hingga pohon buah sawo, pepaya, mangga, belimbing dan lainnya.
Ketua RT 8 RW 7 Ondomohen Magersari, Endang Sri Wulansari, menceritakan awal kampung ini bisa menjadi kawasan eco-green karena memenangkan lomba lingkungan pada tahun 2014.

Dari situ, Endang mengelola keuangannya untuk mengembangkan kampungnya, seperti keperluan pot, tanaman, hingga peralatan daur ulang. Selain itu, warga juga mengelola bank sampah yang bisa dijual kembali.
“Ya awal mulanya sih kampung ini bukan apa-apa tapi karena kita dari hasil lomba. Jadi kita bergeraknya itu ya ketika awal-awalnya sih, maksudnya untuk sampai ke sini itu ya karena kita lomba-lomba terus dan itu menang. Dan alhamdulillahnya kampung ini tetap sustainable dari sejak tahun 2014 sampai dengan sekarang,” ujar Endang kepada kumparan, Rabu (20/8).

Di tahun yang sama, Endang terus mencari ide untuk mengembangkan kampungnya agar lebih asri. Akhirnya, warga inisiatif untuk mengambil tanaman dari program pemerintah ‘Saji Sapu’, satu jiwa satu pohon.
“Nah, kebetulan juga pada tahun itu ada program dari Pemkot bahwa kalau setiap pengurusan akta kelahiran itu saji sapu. Jadi satu jiwa, satu pohon. Jadi ketika mengurus akta kelahiran di kelurahan itu warga yang ngurus itu membawa satu pohon, tapi maksudnya pohon yang produktif,” ucapnya.
“Artinya seperti buah-buahan atau apa, ada yang mangga, sawo kecil, pokoknya itu dikasihkan ke kelurahan. Nah, kelurahan itu di drop-drop di masing-masing RW. Tapi di RW saya itu tidak tertarik gitu loh. Jadi itu saya ambilin semua malahan. Jadi kan saya kan beli potnya. Itu akhirnya terus berjalan akhirnya pohon-pohon ini kan gede,” lanjutnya.

Warga kampung Ondomohen semakin serius untuk menjadikan kampungnya sebagai wisata Urban Farming. Mereka lalu membuat tanaman hidroponik di depan halaman rumah mereka masing-masing. Serta, memilah sampahnya untuk dikumpulkan di bank sampah.
Hasil dari itu semua juga mereka rasakan dan nikmati sendiri atau dijual untuk keperluan pengelolaan wisata.
“Ibaratnya saya misalnya panen sawo, sana pepaya aja berbuahnya lima. Itu saya data. Ini nanti kalau misalnya mau lagi siapa? Semuanya merasakan. Merasakan sama rasa,” ungkapnya.
“Jadi orang sana panennya apa, sini panen apa ya kan senang. Berarti dari warga untuk warga. Itu yang diutamakan. Saya sih gak muluk-muluk ya,” ucapnya.

Sulap Selokan Jadi Kolam Ikan
Inovasi terus dikembangkan. Warga kampung Ondomohen juga menyulap selokan menjadi kolam ikan.
Program itu mereka beri nama dengan ‘Kolam Gendong’. Yang mana hasil kolam ikan itu juga untuk warga sendiri.
“Got ini kan kolam ikan semua. Jadi sepanjang saluran di sini itu kolam ikan. Nah, itu ada lele dan lainnya dan kita sudah punya IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah),” ujarnya.
“Kita sebutnya kolam gendong. Kolam gendong itu artinya di mana kolam itu menggendong limbah warga. Limbah warga misalnya dari kamar mandi dan cuci piring itu kan masuk ke pipa paralon. Habis itu masuk ke IPAL yang di bawah kan ada empat kotak itu itu jadi empat kotak. Itu bagus penyaringannya terus air itu, air dari IPAL itu kita keluarkan menjadi air kolam. Air kolamnya juga air bersih bukan air got lagi,” lanjutnya.