
Perjanjian pertahanan akan diteken Australia-Papua Nugini pada pekan ini. Kesepakatan itu disebut-sebut untuk meredam pengaruh China di Pasifik.
Rencananya kesepakatan pertahanan itu akan diteken langsung oleh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan PM Papua Nugini James Marape, di Port Morseby, Rabu (17/9).
Perjanjian itu bagian peringatan 50 tahun terbinanya hubungan diplomatik Australia dan Papua Nugini. Menhan Australia Richard Marles menyebut kesepakatan itu bersejarah.

Sebab, dengan adanya kesepakatan pertahanan teranyar itu, maka warga Papua Nugini bisa masuk Militer Australia. Sebelumnya Australia mengizinkan warga Selandia Baru, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat masuk dalam satuan militer.
“Saat itu kami mengatakan akan membidik Pasifik. Perjanjian yang akan kami tanda tangani dengan Papua Nugini mempertimbangkan hal ini,” ujar Marles seperti dikutip dari AFP.
“Masih banyak yang harus dilakukan untuk menempuh jalur itu, tetapi kami tentu tertarik pada bagaimana kami dapat merekrut warga Papua Nugini langsung ke ADF (militer Australia),” tambah Marles.
Laporan media di Australia, dengan adanya kesepakatan ini maka warga Papua Nugini yang masuk militer Australia akan mendapat bayaran serupa dengan anggota lain. Masuk militer akan pula membuka jalan warga Papua Nugini mendapat kewarganegaraan Australia.
Atas rencana penandatanganan kesepakatan, Menhan Papua Nugini Billy Joseph menyebut itu akan mempromosikan keamanan regional.
“Papua Nugini yang aman adalah Australia yang aman, dan Australia yang aman adalah Papua Nugini yang aman,” ujar dia.
Pengaruh China

Perjanjian Australia dan Papua Nugini terjadi saat China sudah memberikan dana miliaran USD pada negara-negara di Pasifik, satu dekade terakhir.
Kucuran uang dari China dipakai negara Pasifik untuk membangun rumah sakit, stadion olahraga, jalan raya sampai pekerjaan infrastruktur lain.
Aksi menanamkan pengaruh dari China berbuah manis. Negara seperti Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Nauru berpindah haluan yaitu mengakui dibanding Taiwan.
Makin kuatnya pengaruh China membuat Australia mulai bertindak. Selain dengan Papua Nugini, PM Albanese pekan lalu berada di Vanuatu membahas kesepakatan untuk memperkuat hubungan antara dua negara.