
Sebanyak 500 lebih siswa SMA, SMK, dan MA negeri dan swasta di Kabupaten Magelang berkumpul di gedung aula SMK Ma’arif Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (13/9).
Mereka mengikuti Diseminasi Program Tes Kemampuan Akademik (TKA) untuk Pendidikan Bermutu yang digelar Kemendikdasmen RI bersama PP Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
Selain mendapat sosialisasi, para siswa juga berkesempatan mengikuti simulasi TKA.
“TKA ini adalah salah satu program Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk mengukur sejauh mana kualitas dari pembelajaran yang sudah dilakukan dengan standar nasional,” kata Staf Khusus Menteri Dikdasmen Bidang Komunikasi dan Media, Ma’ruf.
TKA adalah upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan sekaligus menyediakan tolak ukur kompetensi akademik yang setara dan adil bagi siswa.
Ma’ruf mengatakan TKA adalah bentuk tanggung jawab Kemendikdasmen terkait dengan program-program yang sudah dilakukan seperti beasiswa, revitalisasi, hingga program pembelajaran untuk guru.
Dari hasil TKA Kemendikdasmen bisa melihat wilayah mana yang perlu diperkuat agar kualitas pendidikan merata di setiap daerah.
“Kita bisa mengukur sejauh mana kualitas pendidikan di Indonesia. Kita tahu bahwa kualitas kita tentu tidak semuanya merata tapi kita perlu memotret daerah-daerah mana saja yang mungkin dari hasil TKA ini bisa melihat mana yang harus diintervensi mana yang perlu diperkuat. Itu salah satu tujuan dari TKA,” jelasnya.

Banyak Peminat
Meski tak wajib, peminat TKA menurut Ma’ruf banyak. Termasuk di SMK Ma’arif Kota Mungkid yang seluruh siswa mendaftar TKA.
“Terus meningkat dan ini masih berlangsung sampai tanggal 5 Oktober mendatang untuk pendaftaran. Harapannya waktu-waktu ini bisa dimaksimalkan sebaik mungkin untuk menyampaikan TKA. Dan kita juga berharap kepada siswa kepada sekolah agar segera untuk mendaftar,” bebernya.
Ma’ruf mengatakan aplikasi Ayo Coba TKA juga sudah diluncurkan. Para siswa dapat mengakses gambaran soal TKA seperti apa.
“Itu bisa diakses gratis. Siswa menjadi lebih siap dan mereka tahu akan belajar seperti apa karena tipe soalnya tidak akan beda jauh,” jelasnya.
TKA Bukan Hidup dan Mati
Plt Kepala Pusat Asesmen Pendidikan, Rahmawati, mengatakan TKA bukan sebagai penentu kelulusan siswa. Ini bukan kebijakan hidup dan mati bagi siswa seperti Ujian Nasional (UN) di masa lampau. Maka dari itu TKA tidak diwajibkan.
Rahmawati bilang Kemendikbud tak ingin mempersempit pembelajaran yaitu membuat siswa merasa nasibnya hanya ditentukan tiga hari saat ujian saja.
Sementara hal yang terpenting dalam pendidikan adalah proses pendidikan itu sendiri. Program ini juga tidak akan mematikan kreativitas guru untuk melakukan penilaian di satuan pendidikan.
“Tidak diwajibkan bukan karena tidak penting. Tapi kita ingin membangun kultur bahwa motivasi belajar tidak sesempit hanya mempersiapkan ujian. Pembelajaran tidak sesempit hanya belajar apa yang akan diujikan pemerintah,” jelasnya.
Sehingga ketika mengikuti TKA tak perlu ada kecemasan berlebihan di siswa. Mereka bisa mengikuti dengan suka cita dan gembira.
Sejak tahun 2019 penilaian individu siswa dilakukan oleh guru masing-masing. Banyak keluhan, penilaian kurang objektif dan tak menggambarkan situasi sesungguhnya seperti penguasaan materi.
“TKA hadir. Layanan pemerintah sebagai pelengkap yang selama empat tahun belakangan tidak ada. Jadi pemerintah hadir kembali untuk memberikan layanan itu. Ini mengukur hasil siapa yang belajar,” katanya.

TKA untuk Masuk Perguruan Tinggi
Nilai TKA juga akan bisa jadi indikator Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, jalur masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang didasarkan pada prestasi.
“Kami mendorong pemanfaatannya oleh pengguna. Pengguna ini salah satunya pendidikan tinggi yang sudah saat ini bertemu, ada pembicaraan, ada kesepakatan untuk salah satu bahan di seleksi nasional berdasarkan prestasi di perguruan tinggi negeri,” katanya.
Jika ke depan hasil TKA makin baik dan semakin terpercaya maka tak menutup kemungkinan penggunaannya semakin luas.
Mata Pelajaran di TKA
Ada tiga mata pelajaran wajib yang diujikan di TKA yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Ketiga mata pelajaran ini dirasa merupakan fondasi untuk mempelajari mata pelajaran lainnya.
Selain itu ada mata pelajaran pilihan seperti rumpun sains, rumpun sosial humaniora, sampai rumpun bahasa.
“Ada banyak pilihan di sana. Sengaja banyak pilihannya untuk memastikan anak sangat boleh mengukur potensinya ada di mana,” katanya.
Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Kemendikdasmen, Anang Ristanto, mengatakan desiminasi TKA dilakukan dengan sejumlah kolaborasi.
“Kami terus gerakkan dan tentunya kami berkolaborasi dengan pemengaruh-pemengaruh agar bisa mendukung program TKA ini,” kata Anang.
Komitmen SMK Ma’arif Kota Mungkid di mana semua siswa akan ikut TKA juga bisa turut menarik siswa dari sekolah lain di Indonesia untuk mendaftar TKA.
“Sehingga bisa mengajak semua kawan-kawannya di sekolah menengah lainnya untuk turut serta mengikuti TKA,” katanya.

Kata Kepala Sekolah
Kepala SMK Ma’arif Kota Mungkid Magelang, Ngungun Bayu Santoso, berharap setelah acara ini para siswa akan semakin termotivasi untuk mengikuti TKA.
“Dengan pentingnya TKA ini untuk masa depan mereka, itu mereka semakin lebih termotivasi,” kata Bayu.
Ketua Umum PP IPNU, Muhammad Agil Nuruz Zaman, mengatakan TKA merupakan terobosan baru.
“Program baik dari pemerintah melalui Kemendikdasmen harus wajib didukung oleh semua elemen bangsa termasuk IPNU,” kata Agil.
Dia juga akan memberikan arahan kepada kader IPNU di jaringan komisariat sekolah maupun pondok pesantren untuk siswa mengikuti TKA.
“Kami juga mengajak elemen pelajar di SMA, SMK, maupun MA, ayo ikut TKA. Ini sangat dibutuhkan rekan-rekan semua. Jangan sampai momen ini terlewat,” bebernya.

Kata Siswa
Umniyah Zulfaidah siswa 12 MA An Nawawi 02 Salaman, Kabupaten Magelang mengaku senang mendapat banyak informasi soal pendidikan termasuk TKA.
“Bahagia senang mendapatkan informasi tentang TKA untuk pelajar yang akan mengikuti TKA,” kata Umniyah.
Dia yang bercita-cita kuliah di prodi hukum mengaku akan mendaftar TKA untuk mengukur kemampuan akademiknya.
“Saya sebisa mungkin mengikuti TKA dengan rencana menambah waktu pembelajaran saya,” pungkasnya.