
Menlu AS Marco Rubio berada di Israel pada Minggu (14/9) untuk mencari jawaban dari Israel terkait serangan ke Qatar dan juga pandangan negara itu tentang langkah selanjutnya di Gaza.
Dikutip dari AP, Senin (15/9), kunjungan dua hari Rubio di Israel juga untuk menunjukkan dukungan kepada Israel di tengah semakin banyaknya negara yang menyatakan akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB beberapa waktu mendatang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat menentang pengakuan negara Palestina.
Bersama Netanyahu, Rubio didampingi istrinya bersama Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee dan istrinya mengunjungi Tembok Ratapan dan terowongan galian di dekatnya.
“Saya rasa kunjungan Rubio ke sini merupakan bukti ketangguhan, kekuatan aliansi Israel-Amerika. Aliansi ini sekuat dan setahan baru-batu Tembok Ratapan yang baru saja kita sentuh,” kata Netanyahu.

Sebelum ke Israel, Rubio terlebih dulu mendampingi Presiden AS Donald Trump bertemu Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Jumat (12/9) untuk membahas dampak dari serangan Israel. Pertemuan beruntun dengan Israel dan Qatar menggambarkan bagaimana pemerintahan Trump mencoba menyeimbangkan hubungan antara sekutu utama di Timur Tengah di tengah kecaman internasional atas serangan itu.
Serangan Israel ke ibu kota Doha menewaskan 6 orang. Serangan itu disebut mengakhiri upaya mengamankan gencatan senjata Israel-Hamas dan pembebasan sandera, sebelum sesi Sidang Majelis Umum PBB yang kemungkinan besar isu Gaza akan menjadi fokus utama. Qatar merupakan mediator perundingan gencatan senjata Israel-Hamas.
Qatar mengutuk serangan Israel ke negaranya. Al-Thani mengatakan Qatar tetap berkomitmen bekerja bersama Mesir dan AS untuk mencapai gencatan senjata antara Israel-Hamas.
“Tapi serangan Israel merupakan serangan terhadap mediasi itu sendiri,” kata Al-Thani.
Serangan Israel ke Gaza Makin Intensif

Sementara itu, rumah sakit lokal di Gaza mengungkapkan setidaknya 13 warga tewas dan puluhan terluka dalam berbagai serangan di sepanjang Gaza.
Serangan yang menargetkan tenda pengungsi di Deir al-Balah membunuh setidaknya 6 orang dari satu keluarga. Orang tua, tiga anak, dan bibi terbunuh dalam serangan itu. Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan mereka berasal dari wilayah utara kota Beit Hanoun dan tiba di Deir al-Balah pekan lalu.
Ribuan orang pun mulai meninggalkan Gaza City, membawa barang yang ditimbun di dalam mobil dan truk. Israel memang telah memperingatkan warga di sana untuk mengungsi selama perluasan operasi militer.
IDF menghancurkan tiga gedung tinggi pada Minggu setelah memperingatkan warga untuk evakuasi. Satu gedung yang merupakan bagian dari Islamic University di Gaza City diserang dua kali dan rata dengan tanah. Rumah Sakit Al-Shifa melaporkan ada korban tewas, tapi tidak bisa mengkonfirmasi berapa banyak karena jenazah korban ada yang terjebak di reruntuhan.

IDF mengatakan Hamas menempatkan titik-titik pengamatan di gedung-gedung untuk mengumpulkan informasi intelijen terkait pergerakan pasukan. IDF juga mengatakan Hamas siap menyerang pasukan Israel, meski tidak menunjukkan bukti untuk mendukung klaim-klaim itu.
Tak hanya itu, jumlah warga yang tewas karena malnutrisi dan kelaparan di Gaza selama 24 jam terakhir terus bertambah. Kementerian Kesehatan Hamas mengungkap dua orang dewasa tewas akibat malnutrisi dan kelaparan.
Dengan demikian, total 277 orang tewas akibat malnutrisi sejak akhir Juni. Sementara 145 anak tewas akibat malnutrisi sejak awal operasi militer Israel di Gaza pada Oktober 2023.