
Tim SAR gabungan masih terus berupaya mengevakuasi WN Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins (27), yang terjatuh ke jurang di Gunung Rinjani. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan perwakilan kedubes Brasil juga memantau langsung proses evakuasi survivor.
Syafii mengatakan wakil dari kedubes Brasil tersebut datang Selasa (24/6) siang ini. Ia tidak menyebutkan nama maupun kapasitas perwakilan kedubes tersebut.
“Pukul 12.10 Wita, kedatangan wakil dari Kedubes Brasil di Jakarta di Posko Sembalun,” kata Syafii dalam keterangannya.
Juliana terjatuh saat mendaki di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, Sabtu (21/6). Ia terjatuh dari ketinggian lebih dari 400 meter dengan kondisi jurang yang terjal.
Upaya pencarian dan evakuasi telah dilakukan sejak hari pertama Juliana dilaporkan hilang. Namun, tim SAR mengalami kesulitan untuk mengevakuasinya.
Proses Evakuasi

Informasi dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, proses evakuasi dimulai sejak Sabtu (21/6) pukul 14.32 WITA. Tim SAR pendahulu tiba di lokasi jatuh dan mulai memasang tali.
Pukul 16.00 WITA, korban dilaporkan semakin terperosok, dan tali 300 meter belum cukup menjangkau titik keberadaan korban. Pukul 19.38 WITA, peralatan dan logistik di-drop.
“Pukul 20.00 WITA, tim telah turun hingga 300 meter namun belum menjangkau korban, berusaha memanggil korban tapi tidak ada sahutan ataupun respons dari korban,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Yarman kepada kumparan, Senin (23/6).
Salah satu anggota tim lalu bermalam di tebing pada kedalaman 200 meter dengan metode flying camp.
Pencarian dilanjutkan pada Minggu, 22 Juni 2025. Upaya penyambungan tali dan penggunaan drone thermal dilakukan.
“Pukul 10.00 WIB, informasi visual dari drone menunjukkan korban tidak lagi berada di titik sebelumnya,” ujarnya.
Proses pencarian terkendala kabut tebal dan cuaca basah, sehingga drone thermal belum dapat digunakan maksimal.
Pencarian terus dilanjutkan. Tim SAR akhirnya mendeteksi posisi korban saat menggunakan drone thermal pasa Senin (23/6). Ketika itu, korban terlihat dalam kondisi tertidur di tebing batu, dan tidak ada pergerakan.
“Pukul 07.59 WITA, drone thermal yang kita operasikan menemukan atau mendeteksi adanya korban yang dimaksud. Jadi saya sampaikan di sini nanti mungkin dilihat di dokumen yang ada bahwa kondisi korban pada saat terdeteksi oleh drone dalam kondisi tertidur di bebatuan dalam kondisi miring. Dan setelah sekian lama drone itu memantau memang tidak ada gerakan,” kata Syafii.
Dari hasil deteksi itu, kata Syafii, petugas memperkirakan tempat jatuhnya korban lebih dari 400 meter.
“Dengan artinya kedalaman dari titik jatuhnya itu di 400 meter dengan kondisi jurang yang sangat terjal,” ucapnya.
Proses evakuasi hingga Selasa (24/6) masih terus dilakukan.