
KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak membentuk Tim Ekspedisi Macan Tutul Jawa pada Februari lalu. Tim ini dilepas di Resimen Latihan Tempur (Menlatpur) Kostrad, Sanggabuana, Kabupaten Karawang.
Setelah melakukan penelusuran, tim ini berhasil mencatatkan hasil penelitian yang menggembirakan. Dari pemasangan 40 unit kamera jebak (foto dan video) di kawasan Pegunungan Sanggabuana, terekam 198 aktivitas satwa yang mengungkap keberadaan 19 individu Macan Tutul Jawa Panthera Pardus Melas dan Macan Kumbang, termasuk dua anakan macan.
Temuan ini menjadi capaian penting, mengingat populasi individu Macan Tutul Jawa dengan metode ilmiah dan protokol standar, baru pertama kali dilakukan di kawasan tersebut.

Selain populasi Macan Tutul, kamera jebak juga mendokumentasikan keberadaan satwa langka lain seperti Elang Jawa, yang turut memperkuat status Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan bernilai konservasi tinggi.
Dalam pelepasan tim ekspedisi Februari lalu, Maruli menegaskan bahwa upaya ini merupakan bentuk nyata komitmen TNI AD terhadap kelestarian alam dan ekosistem, sejalan dengan program unggulan TNI AD ‘Bersatu Dengan Alam’.
“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang. TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini,” kata Maruli dalam keterangannya, Senin (15/9).

Sementara Koordinator Tim Survei Macan Tutul Jawa Sanggabuana dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), Bernard T. Wahyu Wiryanta, mengatakan hasil survei tahap pertama ini menjadi masukan penting bagi pemerintah dalam menyusun program perlindungan satwa prioritas dan terancam punah.
“Dengan adanya survei populasi ini, selain mendapat data individu Macan Tutul Jawa, juga dilakukan mitigasi ancaman dan pemetaan preferensi pakan,” kata Bernard.
“Data ini akan menjadi dasar penting dalam usulan perubahan fungsi hutan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi, sehingga ada kepastian hukum terhadap status hutan dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dapat lebih maksimal,” tambah dia.
Bernard menuturkan, kehadiran prajurit Menlatpur Kostrad sangat dibutuhkan dalam kegiatan konservasi. Sebab, selain terlibat langsung dalam proses penelitian dan menjaga agar latihan tempur tidak mengganggu habitat satwa, para prajurit juga berperan dalam patroli anti perburuan dan pencegahan perambahan hutan.

Hingga Agustus 2025, tahap pertama survei ini telah rampung dan kamera jebak dipindahkan ke lokasi lain di grid kawasan yang sama untuk tahap lanjutan.
Hasil sementara menunjukkan populasi Macan Tutul masih bertahan dengan jumlah signifikan. Namun di sisi lain, dengan indikasi kepadatan populasi satwa di kawasan sekitar 10.000 hektare ini, temuan ini menjadi pengingat habitat perlu lebih dilindungi agar tidak terjadi ancaman ekologis.
Bersama SCF dan berbagai pemangku kepentingan, TNI AD melalui Menlatpur Kostrad terus memperkuat kiprahnya dalam menjaga keseimbangan alam.
Hasil ekspedisi ini diharapkan dapat mempercepat proses penetapan Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan konservasi sekaligus menegaskan komitmen TNI AD untuk hadir tidak hanya dalam menjaga kedaulatan negara, tetapi juga dalam melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang.
