
Lebih dari 110 ribu orang di London turun ke jalan mengikuti aksi demo yang diorganisir oleh aktivis sayap kanan Tommy Robinson. Demo ini diberi tajuk “Unite the Kingdom”.
Dikutip dari The Guardian, Senin (15/9), demo yang berlangsung pada Sabtu (13/9) awalnya fokus pada kebebasan berpendapat. Namun, demo itu kemudian meluas jadi ujaran kebencian bahkan cenderung rasis yang menentang imigran.
Demonstran berkumpul di sepanjang Westminster Bridge. Banyak dari mereka yang datang ke London memakai kereta dan bus untuk mengikuti demonstrasi.
Seorang perempuan lanjut usia yang berasal dari Merseyside ikut demo bersama putranya, memegang spandung dengan gambar Charlie Kirk dan tulisan: “Tuhan memberkati, jangan lupa”.

“Saya orang Inggris sejati. Ini ibu kota kami. Saya ada di sini hari ini untuk negara kami,” katanya.
Dia berkata pernah tinggal di Liverpool saat kecil dan tinggal bersama para imigran.
“Saya tinggal di antara tetangga dari Afrika, Pakistan. Kami semua satu. Ini bukan tentang ras, ini tentang pemerintah yang membuat negara kami terlalu padat,” ungkapnya.
Warga lainnya, Carol, datang ke London dari Wales untuk mengikuti demo. Dia mengatakan mengikuti demo karena menilai kerajaan Inggris harus bersatu karena mulai terpecah belah.
“Kita harus bersatu, kita semua,” kata Carol.

Dia membawa spanduk dengan tulisan: “Ubah pikiranku: RIP Charlie”, merujuk pada debat terbuka kampus yang sering dilakukan Charlie Kirk.
“Saya mengetahui Charlie Kirk sekitar setahun yang lalu karena dia muncul di lini masa media sosial saya,” katanya.
Demo itu juga ‘dihadiri’ Elon Musk secara daring. Lewat tautan video, Elon berbicara dengan massa.
“Saya rasa ada sesuatu yang sangat indah menjadi orang Inggris dan apa yang saya lihat terjadi di sini adalah kehancuran Inggris, awalnya erosi yang lambat tapi kini meningkat dengan cepat dengan migrasi besar-besaran yang tak terkendali,” kata Elon.
“Kegagalan pemerintah untuk melindungi orang-orang tak bersalah termasuk anak-anak yang diperkosa massal. Sungguh tidak masuk akal pemerintah telah gagal melindungi warganya, yang merupakan tugas dasar pemerintah,” kata Elon lagi.

Tak hanya Elon, demo itu juga dihadiri politisi sayap kanan Prancis, Eric Zemmour. Dia mengatakan kebebasan rakyat berada dalam bahaya.
“Kalian mengalami penggantian besar-besaran orang-orang Eropa oleh mereka yang datang dari selatan dan berbudaya Muslim,” katanya.
“Anda dan kami sedang dijajah oleh bekas jajahan kami,” pungkasnya.
Namun, demo itu berakhir ricuh. Besarnya jumlah massa melebihi perkiraan polisi, sehingga bentrokan antara massa dan polisi tak bisa dihindari.
Kepolisian mengatakan setidaknya 25 orang ditangkap dan 26 anggota polisi terluka, termasuk 4 orang yang mengalami luka parah.
Massa ditangkap karena berbagai pelanggaran, di antaranya kerusuhan, kekerasan, hingga pengerusakan.